PEDOMAN BENGKULU. Sejarawan Universitas Bengkulu (UNIB) Drs Agus Setiyanto MHum mengimbau agar masyarakat Bengkulu mencintai sejarah.
“Dengan mempelajari sejarah kita akan tetap bisa melestarikan kebudayaan kita.” Ungkapnya.
Masyarakat akan tetap cerdas dan tidak kehilangan makna kehidupan yang sejati, karena masyarakat akan dapat bertindak lebih bijaksana dan mawas dengan pemahaman sejarah.
Kebanyakan dari masyarakat masih terjebak dalam sejarah mitologi atau dongeng. Padahal, menurut dosen tersebut sejarah berbeda dengan dongeng.
“Dongeng-dongeng lokal memang ada yang memiliki karakter baik untuk tetepa dipertahankan, tetapi mempelajari ilmu sejarah menjadi tugas jaman saat ini.” Terangnya.
Salah satunya adalah dengan mempelajari perbuatan-perbuatan yang pernah dilakukan oleh para pendahulu kita di Bengkulu ini.
Saat ini, Agus Setiyono juga telah menuliskan beberapa buku sejarah Bengkulu, yang menceritakan tentang pemberontak rakyat Bengkulu.
"Dengan mencermati sejarah ini, pemerintahan dapat mengantisipasi gejolak yang mungkin timbul dalam setiap periode zaman. Sejarah memberitahukan kita akan hal ini agar kita dapat mawas diri," tegasnya.
Dalam bukunya yang berjudul Gerakan Sosial Masyarakat Bengkulu, pemberontakan besar kerap dilakukan oleh rakyat Bengkulu pada masa kolonialisme Belanda.
"Ada peristiwa Mount Felix pada 23 Desember 1807, peristiwa Tabat Mono pada 26 Juni 1835, peristiwa Seluma Juni 1835, peristiwa Burniat tahun 1873 dan peristiwa Ratu Samban September 1873.
Semua peristiwanya yang dimaksudkan tadi terjadi sepanjang abad ke 19. “Semua ini dapat saja terulang. Karena itu, setiap priode pemerintahan yang ada wajib mempelajarinya agar kita tidak jatuh dalam kesalahan yang sama," demikian Agus. (Renda Putri HS)