BENGKULU, PB - Pihak PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo II) Bengkulu bersedia menghibahkan lahannya yang berada dikawasan pelabuhan bila ada perintah dari Pelindo pusat agar lahan tersebut dihibahkan kepada masyarakat nelayan sekitar, Jumat (9/10).
Konflik lahan antara masyarakat nelayan yang bermukim di sekitar pelabuhan Pulau Baai, Kampung Melayu, Kota Bengkulu itu sudah berlangsung selama 30 tahun lebih, sejak tahun 1980-an. Hingga saat ini konflik lahan belum ada titik terang.
Perusahaan tersebut menguasai lahan seluas 1200 Hektar. Sementara 3000 jiwa nelayan setempat mendiami lahan 35 Hektar.
Arif (30), nelayan setempat mengatakan bahwa kepemilikan lahan ini bukan saja timpang, dimana perusahaan menguasai seribuan hektar sementara ribuan jiwa nasib warga yang menempati lahan sempit justru ingin digusur, padahal kami disini lebih dulu ada daripada perusahaan itu, bebernya.
Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Humas Pelindo Bengkulu, Mattasar mengatakan, pada dasarnya pihaknya menginginkan agar kawasan pelabuhan steril dan tidak terganggu aktifitas masyarakat.
"Sebenarnya kami tidak mau mengganggu masyarakat, begitu juga sebaliknya masyarakat tidak mau terganggu oleh perusahaan. Karenaya bila ada perintah Presiden atau Pelindo pusat untuk hibahkan 35 Hektar itu maka kami akan berikan kepada warga," katanya kepada Pedoman Bengkulu.
Lanjutnya, dalam tahun ini Pelindo II Bengkulu telah merencanakan pengembangan pelabuhan. karenanya kedepannya juga dibutuhkan area lahan luas untuk memenuhi perluasan pelabuhan.
"Kita sedang merencanakan pengembangan terminal peti kemas, curah cair terkait Curd Palm Oil (CPO), pengembangan curah kering untuk batubara dan cangkang sawit, serta terminal angkutan." ungkapnya.
Pengembangan pelabuhan tersebut terkait dengan kebutuhan pembangunan ekonomi daerah dan masyarakat Bengkulu. (Muammarsyarif)