SELUMA, PB - Berbeda halnya dengan masyarakat di Kota Bengkulu yang menyambut tahun baru Islam dengan pagelaran seni budaya Tabot, di Kabuaten Seluma tepatnya di Desa Diak Siabun 1, Kecamatan Sukaraja, malam 1 muharram disambut pertunjukan Kuda Kepang atau yang kerab disebut dengan Jaranan, Rabu (13/10).
Kepala Desa (Kades) Riak Siabun I Septi Susanti mengungkapkan antusiasnya akan pentas seni budaya yang digelar warganya. "Tentunya kegiatan ini juga secara langsung menjaga dan melestarikan seni budaya lokal khususnya di desa kami" ucapnya kepada Pedoman Bengkulu.
Antusias warga desa juga tampak memadati acara ini, terlebih lagi saat pertunjukan sesi buto lawas, 4 sampai 6 orang penari pria berjalan ketengah pertunjukkan, dan para penari muda menunggangi kuda anyaman bambu sambil mengikuti alunan musik, dengan lirih gamelan yang lamat-lamat lalu para penari lambat laun kehilangan kesadaran.
"Mereka tak akan merasakan apapun karena tubuhnya telah kerasukan roh halus, dan penonton pun bisa mengalami hal yang sama," ucap Muhammad Soleh Ketua Jaranan Turonggo Seto.
Saat berada disana, banyak warga sekitar yang menyaksikan pagelaran menjadi kesurupan dan ikut menari bersama para penari. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan gerakan enerjik dan terlihat kompak dengan para penari lainnya.
Dalam setiap pagelaran selalu hadir para warok, yaitu orang yang memiliki kemampuan supranatural. Para warok ini akan memberikan penawar hingga kesadaran para penari maupun penonton kembali pulih.
"Sang pawang yang akan memimpin ritual untuk memulihkan kesadaran para penari,"pungkas Soleh. (Septiansyah)