[caption id="attachment_24882" align="aligncenter" width="663"] Ilustrasi Pemilihan Umum[/caption]
BENGKULU, PB – Dalam ruang mini dengan cahaya yang temaram tampak berbagai lukisan warna-warni ditentang di sepanjang dinding. Ruang dengan ornamen sederhana itu dipenuhi karya perupa SaYak. Komunitas perupa tersebut sedang menyelenggarakan pameran seni.
SaYak adalah komunitas perupa di Kota Bengkulu. Beridiri di bulan Agustus 2015 yang lalu. Kata SaYak yang berarti tempurung kelapa, mereka artikan sebagai lapisan keras dalam buah kelapa yang seringkali diabaikan oleh manusia, dan huruf (Y) kapital sendiri diartikannya sebagai simbol tiang rumah membentuk huruf “Y”.
“Sayak (tempurung) itukan pelapis dari isi buah kelapa yang seringkali dibuang, terpinggirkan maksudnya. Padahal sayak juga bisa berguna seperti menjadi arang yang bagus misalnya,” ujar Yogi, anggota komunitas saYak, Minggu (18/10/2015) malam.
Pameran yang diadakan di Anggut itu menampilkan berbagai lukisan abstrak yang tampak dipenuhi makna kegelisahan, yakni pesan yang ingin disampaikan melalui berbagai rupa lukisan mereka terhadap kondisi politik saat ini yang telah bergeser dari makna demokrasi sesungguhnya, politik untuk rakyat.
“Kalau dari karyaku bentuknya drawing, ya. Jadi ketiga karya ini menyikapi dari Pilkada itu bahwasanya hidup itu pilihan, jadi memilih tidak memilih hidup itu pilihan, ya," jelasnya.
Ketua Komunitas Sayak Suceng mengatakan bahwa komunitas kami ingin menyampaikan kegelisahan tentang Pilkada serentak 9 Desember mendatang kepada masyarakat luas. "Melalui pameran seni rupa ini diharapkan berpengaruh kepada masyarakat umum," terangnya kepada Pedoman Bengkulu.
“Kami sekarang lebih fokus terhadap seni rupa, ini diharapkan masyarakat banyak tahu pesan-pesan (baik) yang ingin kami sampaikan melalui karya-karya visual ini,” harap Suceng.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa banyak kejanggalan yang terjadi dalam berbagai pemilihan umum di Indonesia karena Pilkada bukan lagi menjadi milik rakyat melainkan milik birokrasi. “Banyak permasalahan di dalam itu berisi aturan saja sehingga jauh dari perlindungan hak rakyat, tetapi kita ingin kawan-kawan merasa Pilkada ini milik bersama, bukan milik institusi pemerintah,” tegasnya.
Pameran seni rupa ini telah dibuka pukul 16.00, Minggu sore. Pameran inipun telah cukup banyak dikunjungi oleh berbagai komunitas dan organisasi lainnya.
Suyitno anggota komunitas saYak menambahkan bahwa hal penting dalam Pilkada serentak bukan terletak pada euforianya. “Kita mencoba untuk kembali menemukan hal inti (esensial) dalam memilih sendiri, bukan sekedar cara untuk berpesta,” ungkap Suyitno.[Laiman Akhiri]