[caption id="attachment_8805" align="alignleft" width="300"] (Festival durian di Jombang, Jawa Timur. Sumber foto: www.gettyimages.ae)[/caption]
BENGKULU, PB - Selain kain besurek, jenis kuliner tempuyak baru-baru ini juga diangkat oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Bengkulu sebagai salah satu intangibel (warisan budaya) Bengkulu. Tempuyak sendiri berasal dari buah durian yang diasamkan.
Selama ini, pecinta durian belum mengenal kekhasan dan kelezatan Bengkulu. Sementara sejumlah durian telah dikenal dengan wilayah tempat durian tersebut tumbuh. Misalnya durian petruk dari Jepara, durian hepe dari Cileungsi, hingga durian tembaga asal Kalimantan.
Pimpinan DPRD Kota Bengkulu, Teuku Zulkarnain, menyampaikan pamor durian Bengkulu harus diangkat ke tingkat nasional. Terinspirasi kisah sukses perhelatan Karnaval Kain Batik Besurek, pemerintah disarankan untuk membuat festival durian.
"Di Bengkulu durian tidak hanya dimakan langsung atau diasamkan menjadi tempuyak. Ada yang sudah membentuknya dalam bentuk lempuk atau dodol dan ada yang membentuknya dalam bentuk kue yang khas," kata
Teuku kepada Pedoman Bengkulu, Minggu (22/11/2015).
Menurut Teuku, bila kekhasan dan kelezatan durian Bengkulu mampu diangkat di level nasional, orang pasti akan mencari bibit buah yang dipanen lebih dari dua kali dalam setahun ini. Dengan demikian, durian Bengkulu akan bersanding dengan durian otong, durian petruk, durian sidodol, durian sawah mas, durian matahari, durian bokor, durian hepe, durian sukun, durian gantalmas dan durian tembaga.
Peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Bengkulu, Sumatera Barat, Rois Leornad Arios, berujar, saat ini, sudah ada tiga warisan budaya Bengkulu yang diangkat sebagai intangibel budaya di Indonesia. Ketiganya adalah Kain Besurek, Kulit Lantung dan Umek Jang. Untuk mengangkat sebuah benda menjadi intangibel budaya di Indonesia,
diperlukan kajian akademis yang teliti dan mendalam. [Revolusionanda]