Pedagang buah-buahan di Lingkar Barat, Kota Bengkulu, Ruslan mengatakan hasil jualan buahnya selama ini terus mengalami penurunan omset yang cukup besar. Sebab katanya selain harga buah yang naik, daya beli masyarakat juga menurun.
"Banyak masyarakat yang memilih melakukan penghemat ditengah kenaikan harga-harga kebutuhan pokok sebelumnya. Ditambah lagi dengan kenaikan harga buah lokal dan impor dari agen penjual," jelas Ruslan saat ditemui di lapak jualnnya, Minggu (22/11/2015)
Kenaikan harga buah ini dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Selama ini buah-buahan dalam negeri dibanjiri oleh buah impor Australia. Kenaikan harga buah impor memicu pedagang menaikan harga buah lokal untuk mendapatkan keuntungan yang sebanding.
"Harga Buah impor dan lokal dari agen naik. Jadi kami pengecer juga jual lebih mahal. Alhasil pembeli jadi sepi, omset saya jualan juga berkurang hingga 50 Persen," katanya kepada Pedoman Bengkulu.
Tambah Ruslan sebenarnya bukan hanya faktor buah impor, faktor lain seperti musim kemarau juga mempengaruhi harga jual. Sebab banyak buah-buahan yang menjadi langka saat musim kemarau kemarin.
"Musim kemarau juga mempengaruhi, karena buah yang banyak mengandung air seperti semangka, Pir dan Melon tidak bisa tumbuh saat musim kemarau. Jadi kalau buahnya sedikit maka harga jual jadi mahal," ujarnya.
Selain itu dengan rendahnya daya beli masyarakat terhadap buah, membuat masalah sendiri bagi penjual buah. Karena tidak laku dijual buah menjadi busuk dan kualitas buah juga berkurang apalagi ditambah dengan penyusutan buah yang membuat pedagang bisa rugi berlipat-lipat.
Ruslan mengaku bingung, karena pedagang buah kadang kesulitan karena saat musim kemarauh harga jual buah naik, sementara saat musim hujan harga jual buah turun. Ia berharap pemerintah dapat menstabilkan harga.
"Kalau sekarang barang sering busuk, kualitas barang juga tidak baik akibatnya penyusutan buah jadi tinggi, jadi perlu solusi," tutupnya. [MS]