Muhammad, semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepadanya. Jutaan bibir manusia menyebut namanya setiap hari, sejak fajar menyingsing, hingga gelap menyelimuti malam. Tanggal 23 Desember 2015, kelahirannya diperingati oleh Presiden RI Joko Widodo dan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla di Istana Negara.
Kelahiran Muhammad bukan kelahiran biasa. Ia telah meninggalkan warisan rohani bernama Al-Qur'an yang menjadi petunjuk bagi semua manusia untuk mencapai kehidupan yang bahagia. Bukan hanya di akhirat yang selama-lamanya, namun juga di dunia yang fana. Seperti yang diungkapkan Muhammad Husain Haekal dalam bukunya Sejarah Hidup Muhammad yang selesai ditulis tahun 1935.
Dalam warisan itu, tertulis dasar-dasar kehidupan moral dan spiritual yang luhur. Yang memberanikannya untuk menghancurkan paganisme, atau kepada segala sesuatu yang mendorong manusia pada penyembahan berhala. Dasar moral dan spiritual itu mendorong manusia untuk tidak bertindak saling benci, saling fitnah, saling menunggu kesempatan secara licik untuk memperoleh kekuasaan. Sebuah warisan moral dan spiritual yang bisa menjamin, mampu mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.
Dengan warisannya itu pula, manusia dituntut untuk senantiasa melatih diri selalu membersihkan hati, mengisi jantung dan pikirannya dengan harga diri, persaudaraan, cinta kasih, berbakti kepada sesama dan bertakwa. Warisanitu tidak pernah membeda-bedakan manusia, kecuali atas dasar ketakwaannya kepada Allah. Ketakwaan yang dipupuk dengan kesadaran diri secara penuh, bukan karena taklid atau menerima begitu saja tanpa disadari dengan akal dan pikiran.
Warisan Muhammad itu hanya bisa dipahami secara hakiki dengan iman. Iman yang didapat karena mendapat hidayah Allah yang dicapai dengan perenungan yang mendalam dan mengetahui manifestasi-manifestasinya dalam hukum alam, hingga iman itu marasuk ke dalam jiwa, bukan karena dorongan orang lain atau karena orangtua dan nenek moyang sudah menganut iman itu sejak lama.
Dengan warisan-warisan seperti itu, terbentuk lah satu kebudayaan luhur dan agung. Dimana setiap penganutnya akan merasa saling bersaudara dan kompak ketika bertakbir serta bersujud kepada Allah dengan shalat, membebaskan diri dari sifat keserakahan yang memberatkan jiwa dengan puasa, saling tolong menolong dengan zakat dan sadakah atau pemberian yang baik. Kebudayaan yang mampu menyatukan seluruh umat manusia secara utuh tanpa sekat suku, ras, kenegaraan dan kebangsaan dengan haji.
Sebuah kebudayaan yang menopang hidup manusia untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang sia-sia kecuali kata-kata yang baik dan mengandung manfaat. Kebudayaan yang menolak riba dalam bentuknya yang kecil atau penjajahan dalam bentuknya yang besar. Kebudayaan yang memerintahkan manusia untuk hidup bermartabat, yang tidak akan pernah sudi merendahkan diri dan mengabdi kepada selain Allah semata.
Kebudayaan yang melandasi dasar-dasar hukumnya dengan persaudaraan yang sungguh-sungguh karena didorong oleh keyakinan kuat akan persaudaraan itu, senantiasa memberangus kemiskinan, kemelaratan dan kelaparan. Kebudayaan yang memastikan bahwa setiap orang berhak untuk memperoleh tempat tinggal, obat-obatan, pengajaran dan pendidikan yang diberikan dengan dasar keikhlasan dan kejujuran.
Kebudayaan yang memandang bahwa seluruh karunia Allah di muka bumi adalah anugrah milik bersama untuk dibagikan secara adil dan merata. Baik itu tanah dan semua yang terkandung di dalamnya, air, udara, tidak boleh dimiliki secara pribadi-pribadi. Yang boleh dimiliki adalah hasilnya yang disesuaikan dengan usaha dan perjuangan masing-masing.
Kebudayaan yang mengukur belum sempurnanya iman seseorang sebelum ia mencintai saudaranya seperti mencintai diri sendiri. Dengan dasar itu orang itu akan ikut untuk memberantas kemiskinan dan memberikan derma untuk menciptakan kemakmuran bersama. Makin besar cintanya kepada orang lain, makin dekat ia kepada Allah.
Semua yang disebutkan itu telah diteladani sendiri oleh Muhammad. Dan untuk itu, Muhammad tidak pernah takut mati. Kematian bahkan dihadapinya dan diharapkannya. Dengan keyakinan semacam ini pula dia rela memberikan apa saja tanpa ia sendiri takut kekurangan. Ia telah mencapai puncak nilai-nilai kebaikan seperti yang diserukan Kitab Allah.
Tapi kemudian kebudayaan itu dikotori oleh mereka yang dirasuki nafsu rasialisme dan mamonisme, para pencinta harta atau berhala dalam bentuknya yang modern. Mereka lebih menyukai kekuasaan daripada kebenaran. Ilmu yang ada pada mereka digunakan untuk menyesatkan orang awam dan generasi muda.
Maka kewajiban pertama buat setiap mereka yang benar-benar ikhlas demi ilmu dan demi Allah harus siap melawan mereka dan memberantas semua bibit yang merusak itu. Mereka hendak membelokkan orang dari kebenaran, hendak menyesatkan orang dari jalan yang lurus. Harus ada manusia yang bersedia tampil di depan dengan suatu ajakan yang ilmiah caranya, jauh dari segala cara berfikiran yang beku dan fanatik.
Manusia itu sadar, kecintaannya kepada Allah harus menyuburkan jiwa-jiwa perdamaian ke seluruh dunia. Karena saat ini kebudayaan imprealisme yang didasarkan kepada nasionalisme sempit sedang berkuasa. Imprealisme, sebuah sistem dimana negara-negara besar ingin selalu menghisap negara-negara kecil lainnya.
Manusia itu insaf, hanya bila imprealisme tidak lagi menjadi dasar kebudayaan dunia maka setiap bangsa akan saling membantu dengan dasar kerelaan, yang besar mengasihi yang kecil, yang pandai mau mendidik yang belum pandai, dengan menyebarkan sinar panji ilmu pengetahuan ke segenap penjuru bumi, dengan hasrat hendak memberikan kebahagiaan kepada umat manusia, bukan hendak menggunakannya sebagai alat memeras bangsa-bangsa lain atas nama ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi.
Bila semua orang sudah merasa bahwa dunia sudah menjadi satu kesatuan tanah air milik bersama, dan mereka satu sama lain saling bersaudara, saling mencintai seperti mencintai diri sendiri, saling akrab, saling mempercayai, saling bekerja untuk kebaikan demi semata-mata mencapai ridho Allah, maka warisan rohani Muhammad itu dapat dikatakan masih hidup. Bila tidak, tidak akan ada perbedaan ketika kita memperingati hari lahirnya atau tidak. [**]