[caption id="attachment_10514" align="alignleft" width="300"] (Sumber foto: Humas Kota Bengkulu)[/caption]
BENGKULU, PB – Kampanye 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan dan perayaan 16 tahun Cahaya Perempuan WCC mencapai klimaksnya pada Senin (21/12) sore di kawasan Pantai Panjang Bengkulu. Sejumlah aktivis perempuan dan para siswi yang ada di kota Bengkulu ikut memeriahkan kegiatan tersebut.
Wakil Wali Kota Bengkulu Patriana Sosialinda, Wakil Ketua Komnas Anti Kekerasan terhadap Perempuan Budi Wahyuni, anggota DPRD Kota Maghdaliansi, dan cahaya perempuan WCC Bengkulu Susilawati hadir secara langsung. Berbagai acara dilaksanakan seperti perlombaan menulis surat kepada Walikota dan Wakil Walikota Bengkulu dan kampanye dance for life. “Saya sangat mengapresiasi sekali apa yang dilaksanakan saat ini,” kata Patriana.
Selaku pemerintah, diakuinya sudah dilakukan untuk mendukung kegiatan terhadap anti kekerasan perempuan. Bukan itu saja, bahkan untuk perlindungan anak dan lansia pun tak luput dari perhatian Pemerintah Kota Bengkulu. Pernyataan ini disampaikan usai dirinya bersama para siswi dan tamu undangan melakukan Dance for Life. Dance for life ini merupakan salah satu bentuk kampanye yang disosialisasikan kepada generasi muda dengan gerakan yang menyimbolkan anti kekerasan terhadap perempuan.
Menurut Linda, sapaan akrabnya, saat ini sudah ada 4,3 persen dari dana APBD kota Bengkulu yang dialokasikan untuk kepentingan Perlindungan terhadap perempuan, anak dan lansia. “Kita masih berusaha mendorong agar dana untuk itu bisa bertambah, jadi mohon dukungannya,” pungkasnya.
Kampanye 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan ini merupakan kampanye internasional untuk mendorong upaya-upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan di seluruh dunia. Wakil Ketua Komnas Perempuan menyatakan bahwa agenda 16 hari tersebut adalah untuk menggalang solidaritas kesadaran bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah pelanggaranHAM.
Mendorong kegiatan bersama untuk menjamin perlindungan yang lebih baik bagi korban yang sudah melampaui pengalaman kekerasan. Serta mengajak semua elemen masyarakat untuk berperan aktif dengan kapasitasnya untuk terlibat dalam upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan.
“Kita tidak ingin perempuan terus menjadi korban dalam permasalahan sosial. Terutama dalam kasus rumah tangga seperti korban pelecehan dari orang terdekat, pernikahan usia muda hingga kasus pemerkosaan,” kata Budi Handayani.
Menurutnya, komnas perempuan terus mendorong pihak terkait untuk membuka ruang informasi kepada masyarakat. Generasi muda diberikan konseling yang tepat dalam berkonsultasi terutama penguatan pemahaman
mengenai reproduksi. Selain itu komnas perempuan juga menyoroti Perda didaerah yang belum berpihak kepada perempuan. “Kita akan terus mendorong revisi perda yang dinilai masih diskriminatif terhadap perempuan,” demikian Budi. [rudra/rls/bis]