Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

104,6 Juta Masyarakat Tinggal di Daerah Rawan Bencana

[caption id="attachment_12247" align="alignleft" width="300"]Ilustrasi Ilustrasi[/caption]

JAKARTA, PB - Dampak El Nino telah menyebabkan musim hujan terlambat dibandingkan normalnya. Cuaca kering dan hujan jarang turun. Bahkan di beberapa tempat, khususnya di Jawa, Bali dan di Nusa Tenggara curah hujan terjadi penurunan.

Baca juga: Waspada, El Nino Masih Mengancam dan Puting Beliung Terjang Bermani Ulu

Kepala Pusdatin BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan berkurangnya curah hujan menyebabkan kejadian bencana banjir, longsor, dan puting beliung hingga minggu ketiga Januari 2016, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan normalnya. Tercatat ada 49 kejadian bencana hingga minggu ketiga Januari 2016.

"Biasanya pada Januari merupakan puncak kejadian bencana hidrometeorologi yang seringkali mencapai ratusan kejadian. Januari adalah bulan paling banyak kejadian bencana karena pada Januari juga merupakan puncak curah hujan sehingga memicu terjadinya banjir, longsor dan puting beliung," jelasnya.

Dia melanjutkan dalam empat hari terakhir banjir dan longsor terjadi di 14 daerah di Indonesia. Banjir terjadi di Kota Pati, Kota Singkawang, Kota Mojokerto, Kota Palopo, Sarolangun, Musi Rawas, Kampar, dan Kutai Kartanegara. Dua orang meninggal dunia, ribuan rumah terendam banjir dan ribuan masyarakat terdampak akibat banjir.

"Longsor juga terjadi di Kabupaten Kerinci,  Kota Manado, Brebes, Banjarnegara, Bandung, dan Kuningan. Tercatat  3 orang tewas, 1 orang hilang, dan ratusan rumah terancam longsor," tambahnya.

BMKG memprediksi, sambung Sutopo, hujan akan mencapai puncak musim hujan pada akhir Januari dan Februari 2016. Meskipun saat ini El Nino masih berada dalam intensitas kuat, tetapi kondisinya terus meluruh dan diperkirakan akan memasuki fase netral pada bulan Maret/April 2016.

Untuk itu, ia mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaannya. Pasalnya ada 104,6 jiwa masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah rawan bencana. Angka itu terbagi, sekitar 63,7 juta jiwa masyarakat tinggal di daerah rawan sedang hingga tinggi dari banjir. Sisanya, 40,9 juta jiwa masyarakat tinggal di daerah-daerah rawan sedang-tinggi dari longsor.

"Mereka harus diselamatkan agar tidak terkena bencana," pungkasnya. [GP]