BENGKULU, PB - Nabi Muhammad, semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepadanya, sangat mencintai seluruh umat manusia. Namun laksanakan ia menyalakan api anggun, banyak manusia yang seperti laron datang berhamburan menghampiri api unggun tersebut. Nabi telah menghalanginya agar laron-laron itu tidak masuk dalam ke dalam api.
"Tapi laron-laron itu tidak mau dihalau. Mereka tetap ingin masuk ke dalam api. Maka akhirnya mereka masuk api. Meski Nabi Muhammad telah berjuang keras menghalau mereka, namun manusia sudah terlanjur melihat api sebagai sumber kenikmatan," kata Ustad Muhammad Syamlan saat berkhotbah di Masjid Agung At Taqwa Kelurahan Anggut Atas, Jum'at (15/1/2016).
Api unggun dalam kisah ini, jelas Ustad Syamlan, merupakan dosa dan kemaksiatan. Ia mengatakan, manusia yang menyukai dosa dan perbuatan maksiat karena kesenangan sesaat adalah laron-laron dalam kehidupan. Sebagaimana laron, kata dia, manusia yang mencintai dosa dan kemaksiatan pasti akan jatuh sengsara dan binasa.
"Mereka berlomba-lomba masuk ke dalam api. Padahal sudah banyak kawannya yang kehilangan sayap, bahkan nyawanya. Tapi tetap saja mereka menyerbu tempat-tempat maksiat dan berbuat dosa. Mereka seakan tidak peduli dengan sudah banyaknya korban-korban yang berjatuhan. Mereka bahkan menyusul dalam kehancuran itu sendiri," urainya.
Menurut Ustad Syamlan, fenomena laron ini bisa dilihat pada masa sekarang. Ia mengilustrasikan banyaknya generasi muda yang mengkonsumsi narkoba, maraknya perilaku seks bebas, maraknya perilaku korup di kalangan pejabat, saling tuding dan saling fitnah di antara anak-anak manusia. Mereka, ujar Syamlan, melihat api sebagai sumber kehangatan dan kesenangan.
"Padahal itu hanya lah karena nafsu dan kelemahan akal mereka. Cepat atau lambat, mereka akan binasa sama seperti laron-laron itu. Kalau pun ada yang selamat atau sembuh, mereka akan kembali lagi hingga hancur. Tidak seperti hewan ternak seperti ayam, sapi atau kambing yang takut akan api, manusia laron lebih bodoh dari binatang ternak," tandasnya.
Bila seorang manusia memutuskan dirinya untuk menjadi laron, tambah Ustad Syamlan, manusia itu tidak bisa menyalahkan siapapun kecuali dirinya sendiri. Setan pun, tegasnya, pasti akan menolak untuk disalahkan. Sebab, manusia itu tahu bahwa dosa dan kemaksiatan itu adalah dosa, namun manusia tetap mau mendengarkan anjuran setan tersebut.
"Mereka menyukai dan meneladani artis dan selebriti ketimbang Nabi. Mereka gandrung akan buku-buku dan literatur barat, bukan Al-Qur'an dan Assunah. Mereka berzina dan jatuh menjadi hina. Mereka korupsi dan masuk bui," tuturnya.
Pada akhirnya, untuk menghindari diri dari manusia laron ini, Ustad Syamlan mengimbau kepada para jamaah yang hadir di masjid beralaskan sajadah lambang Pemerintah Kota ini untuk berpegang teguh kepada ajaran Nabi Muhammad. Sebab, ajaran Nabi Muhammad adalah ajaran yang menyelamatkan, jalan yang lurus dan membahagiakan.
"Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin," katanya mengutip Surat At-Taubah 128. [RN]