JAKARTA, PB - Curah hujan terus meningkat pada akhir Januari hingga awal Februari 2016 meningkatkan potensi banjir dan longsor. Beberapa wilayah yang ada di Indonesia akhirnya terdampk banjir besar tersebut.
Baca juga: Lahat Direndam Banjir dan 104,6 Juta Masyarakat Tinggal di Daerah Rawan Bencana
Beberapa waktu yang lalu dilaporkan banjir menerjang di Provinsi Sumatera Selatan, Jambi, dan lainnya. Kali ini, banjir ikutan juga terjadi di Kabupaten Buleleng Provinsi Bali.
Disampaikan oleh Kepala Pusdatin dan Humas BNPB, di Buleleng banjir bandang menerjang dua desa yaitu Desa Musi dan Desa Penyabangan Kecamatan Gerokgak. Tak kurang dari 56 rumah terdampak banjir tersebut. Bahkan 21 rumah harus rata dengan tanah akibat banjir ini.
"Dimana 8 rumah rata dengan tanah di Desa Musi, sedangkan di Desa Penyabangan terdapat 36 rumah terdampak dimana 13 rumah diantaranya rata dengan tanah," jelas Sutopo.
Tak hanya itu, lanjutnya, 3 bangunan fasilitas umum juga mengalami kerusakan. Kerugian lainnya, banjir tersebut juga menghanyutkan sepeda motor, ternak dan merusak kebun masyakarat.
"Tidak ada korban jiwa akibat banjir. Sebanyak 36 KK mengungsi," tambahnya.
Saat ini, BPBD Buleleng, BPBD Provinsi Bali, TNI, Polri, SKPD, relawan dan masyarakat masih terus melakukan penanganan darurat. Memang saat ini banjir telah surut. Namun, kondisi wilayah tersebut masih berlumpur terdampak banjir.
"Perlu alat berat guna membersihkan material dan lumpur," sambungnya.
Hal ini lantaran banjir yang terjadi dengan cepat itu meluncur membawa material batu, kayu gelondongan, dan air bercampur lumpur. Posisi kedua desa tersebut juga berada di bawa lereng perbukitan.
Diindikasikan bahwa sebelumnya terbentuk bendungan alami di perbukitan akibat longsor dan saluran tertutup oleh kayu-kayu pohon. Selanjutnya bendungan alam tersebut tidak mampu menampung aliran permukaan dari air hujan, yang kemudian jebol dan menghantam permukiman di bawahnya.
"Tinggi banjir mencapai 1,2 meter," kata dia.
Dia pun mengimbau agar masyarakat yang tinggal di bawah perbukitan hendaknya selalu waspada. Masyarakat diminta mengenali tanda-tanda potensi banjir bandang, seperti di hulu hujan deras tetapi debit sungai atau aliran di bawah tetap kecil.
"Lakukan pengecekan di alur sungai atau lembah apakah ada pembendungan atau tidak. Jika ada segera dibongkar," pungkasnya. [GP]