Untung Sarwono*
Hingga memasuki tahun 2016, kebudayaan selalu menjadi salah satu pemicu perdebatan panjang. Konsepsi kebudayaan selalu tidak bisa dilepaskan dari citarasa intelektual dan selera para pemikir.
Dari sekian banyak pemikiran, tentang kebudayaan, yang lebih cocok dengan kultur Nusantara ialah: sebagai otonomi dan kebebasan, sebagai hal terakhir dan tertinggi yang dicita-citakan oleh setiap manusia.
Oleh karena itu, sejarah menjadi sangat penting. Karena apa?, karena kesadaran sejarah akan membebaskan seseorang dari ketergantungannya dari kekuatan-kekuatan ahistoris yang tidak harus dicari dalam dunia ini.
Yang terpenting dan harus dilakukan saat ini adalah, membangkitkan gairah berkesenian dan tidak perlu cemas dengan artistik atau tidak artistik, mendorong produksi sebanyak banyaknya. membangun jaringan kesenian seluas luasnya.
Hingga akhirnya secara alami kita menemukan bentuk atau garis kita ditengah-tengah kesenian yang hidup dengan rakyat miskin, rakyat yang terpinggirkan dan rakyat yang tertindas di bawah politik neoliberal ini.
Dan kewajiban kita sebagai pegiat seni dan budaya membuka rantai yang membelenggu kesenian dan membuka ruang seluas-luasnya agar langsung bersentuhan dengan masyarakat luas.
Kesenian yang bisa dinikmati oleh seluruh rakyat, kesenian yang lahir dan tumbuh subur di kalangan buruh, tani, kaum miskin serta para mahasiswa progresif hinga nantinya muncul budaya kemandirian dalam berkarya dan berproduksi secara kolektif.
*Aktivis Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (JAKER)