Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Festival Bengkulu Tempo Doeloe Digelar Akhir Februari

[caption id="attachment_11176" align="alignleft" width="300"]Ilustrasi Festival Budaya Ilustrasi Festival Budaya[/caption]

BENGKULU, PB - Komitmen Pemerintah Kota Bengkulu untuk menggairahkan kehidupan pariwisata mulai dilaksanakan. Langkah ini diawali dengan menggelar Festival Bengkulu Tempo Doeloe pada akhir bulan Februari 2016 mendatang.

"Festival Bengkulu Tempo Doeloe ini akan menjadi pembuka acara peringatan Hari Ulang Tahun Kota Bengkulu. Seluruh suku yang ada di Kota Bengkulu kita undang untuk mengikuti festival ini, tanpa terkecuali," kata Sekretaris Daerah (Sesda) Kota Bengkulu, Marjon, Selasa (5/1/2016).

Guna menindaklanjuti hal tersebut, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Kota Bengkulu mulai menggelar rapat-rapat pertemuan dengan sejumlah suku, etnis dan ras tertentu yang ada di Kota Bengkulu.

"Hari ini (5/1/2016) kita sudah rapat lagi untuk mengeksplorasi dan mematangkan konsepnya. Semua masukan dari segenap komponen warga kota untuk suksesnya acara ini kita buka seluas-luasnya," kata Kepala Disparekraf Kota Bengkulu, Tony Elfian.

Sementara, lanjut Tony, pihaknya merencanakan pusat kegiatan Festival Bengkulu Tempo Doeloe ini di Kampung Cina Kelurahan Malabero. Ia mengaku telah berkonsultasi dengan warga Tiongha yang ada di kawasan Kampung Cina agar dapat terlibat aktif dalam festival ini.

"Mereka sudah bersedia untuk menyiapkan tarian barongsai terbaik yang mereka miliki. Bahkan sekarang mereka sudah mulai melakukan latihan-latihan persiapan. Bukan orang-orang Tiongha yang mereka latih tapi warga kota. Agar ke depan kita bisa melakukannya sendiri," terangnya kepada Pedoman Bengkulu.

"Selain barongsai, kita juga sedang berkomunikasi dengan sejumlah kelompok kesenian yang bisa menampilkan kesenian bubuk gilo, barong landong dan sarafal anam. Makanya setelah ini kita akan mengkomunikasikan rencana ini kepada segenap tokoh adat dan masyarakat yang ada di Bengkulu," demikian Tony.

Festival yang sama digelar secara rutin di Kota Malang. Festival tersebut mampu menarik wisatawan, baik lokal maupun macanegara. Jumlah pengunjung ketika festival tersebut dilaksanakan bisa menembus angka 200 ribu orang per hari dengan pereputaran uang mencapai miliaran rupiah setiap harinya.

Festival di Kota Malang itu menampilkan berbagai kesenian, kerajinan, jajanan masa lampau, produk-produk tempo dulu, bahkan lapak-lapak untuk berjualan maupun pakaian yang dikenakan penjual maupun pengunjung juga harus baju tempo dulu. Jika malam hari, penerangan yang digunakan bukan listrik atau lampu penerangan jalan umum, tetapi lampu petromaks atau lentera. [RV]