BENGKULU, PB - Prestasi luar biasa diukir oleh 4 mahasiswa Universitas Bengkulu (Unib). Pasalnya, kecerdasan para mahasiswa tersebut telah berhasil mengubah sampah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Ide ini muncul karena melihat kondisi lingkungan yang sangat mengkhawatirkan, khususnya terhadap pengelolaan sampah plastik. Kita bisa melihat sampah-sampah plastik bertebaran dimana-mana, padahal sampah plastik sangat susah sekali diolah dan diuraikan ditanah," ujar Adam Tirta Kusuma, Mahasiswa Tekhnik Elektro, Fakultas Tekhnik, Universitas Bengkulu.
Karya tersebut memang tak ditemukan oleh Adam sendiri. Ia dibantu oleh 3 orang temannya yang masih satu fakultas dengan dia. Ketiganya adalah Rudi Setiawan, Ferdy Fajrian dan Muhammad Nico Permana.
Karyanya itu berhasil meraih sejumlah prestasi membanggakan ditingkat Daerah maupun Nasional. Diantaranya, menjadi juara 3 Lomba Cipta Elektro Teknik di ITS tahun 2014, juara 3 Lomba LKTIN B UNS, juara 1 Balitbang Provinsi Bengkulu tahun 2014, serta lolos PIMNAS 28 di Universitas Haluoleo tahun 2015.
"Cerita berkesan ini terjadi saat kita mau mencoba menghasilkan minyak dengan menggunakan reaktor yang dipanaskan. Sebenarnya reaktor tersebut pada prosesnya tidak boleh dalam kondisi terbuka (tutup terbuka), jadi pada hari itu karena kita melihat minyak yang dihasilkan tidak begitu banyak lantas kita mencoba memasukkan plastik lagi ke dalam reaktor. Saat reaktor itu dibuka, tiba-tiba langsung muncul api yang besar sampai-sampai hampir membakar satu ruangan lab," jelasnya.
Namun semangat tinggi pantang menyerah membuat empat sekawan itu berhasil menciptakan karyanya hanya dalam tempo dua bulan saja. Bahan baku pembuatan alat mengolah sampah plastik itupun ternyata gampang ditemukan.
"Sebenarnya seluruh bahan baku untuk pembuatan karya mudah diperoleh karena sudah tersedia dipasaran," kata dia.
Tekad yang tinggi untuk menciptakan penemuan alat mengolah limbah plastik searah dengan susana hati orang terdekat termasuk diantaranya orang tua dari empat sekawan tersebut, yang mendukung penuh usaha anak-anaknya.
"Kebanyakan tanggapan yang diberikan sangat positif (Ortu, red), ada juga dari pihak Balai Penelitian Provinsi Bengkulu menyarankan agar bisa di follow up ke pihak Pertamina agar bisa lebih diteliti lagi," ucap anak pedagang yang bercita-cita menjadi Sociopreneur bidang lingkungan ini lebih lanjut.
Kesulitan yg menjadi kendala dihadapi salah satunya saat tim membuat alat untuk menguji kualitas minyak yang dihasilkan dari sampah plastik itu dengan menggunakan cahaya sebagai indikator.
"Masih banyak sekali kesulitan yang dihadapi seperti pengujian kualitas minyak, karena hal ini membutuhkan pihak yang lebih ahli lagi," jelasnya.
Setelah berhasil menciptakan alat pengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak, Prototipe karya itu akan terus diperbarui seperti pembuatan reaktor yang baru, dan sistem penampung minyak yang lebih baik lagi. Energy untuk mensupplai elemen pemanas, waktu yang dibutuhkan cukup lama sehingga minyak yang dihasilkan juga membutuhkan waktu yang lama.
"Karya saat ini rencananya akan terus dikembangkan seperti lebih memaksimalkan lagi fungsi panel surya sebagai pensupplai energy pada pemanas. Kalau ini bisa terwujud efisiensi yang akan didapat kemungkinan lebih besar," pungkasnya. [IC]