Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Rakyat Tidak Siap Hadapi MEA

Pres-Jokowi-di-ASEAN-oleh-AWJAKARTA, PB - Setelah pasar tunggal ASEAN diberlakukan per 1 Januari, banyak pihak yang meragukan akan kesiapan Indonesia dalam menghadapi Komunitas Ekonomi Asean (MEA) tersebut. Pemerintah sendiri sangat optimis dengan MEA. Indonesia menganggap ASEAN sebagai mitra-dagang yang penting, baik perdagangan barang maupun jasa.

Baca juga: MEA Ancam Pengusaha Lokal dan MEA dan Masa Depan Desa dan Petani Harus Siap Menghadapi Pasar Bebas

Namun, Pemerintah dinilai mengabaikan realitas masyarakat yang masih tertinggal baik dalam kompetensi Sumberdaya Manusia (SDM) mamupun kemampuan daya saing ekonomi rakyat. Kerangguan tersebut disampaikan perhimpunan dokter seperti diwartakan Republika.

Ketua Purna Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr. Zaenal Abidin mengatakan, hanya pemerintah yang selalu mengaku siap dalam mengahadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Sementara seluruh rakyat, termasuk para dokter tidak siap.

"Kalau saya lihat hanya pemerintah saja yang siap menghadapi globalisasi perdagangan bebas itu. Namun, rakyat tidak siap. Jadi, pemerintah siap, rakyatnya tidak dipersiapkan untuk bertarung," kata dr. Zaenal, Selasa (5/12).

Menurut dr. Zaenal, para pendiri bangsa Indonesia sudah terlanjur membuat UUD 1945 yang di dalamnya menegaskan bahwa negara wajib melindungi segenap warga Indonesia. Karena itu, kata dia, MEA sangat bertentangan dengan konstitusi negara Indonesia.

"IDI jauh-jauh hari telah menolak MEA itu, karena itu bertentangan dengan semangat dasar negara. Itu alasannya, bukan karena takut bersaing. Walapun, negara juga tidak mempersiapkan kita untuk bersaing," ucapnya.

Ia menambahkan, gloalisasi bukanlah persoalan perorangan, tapi persoalan kelompok ekonomi, teknologi, dan informasi. Semua itu, kata dia, belum dimiliki rakyat Indonesia.

"Dokter mereka dimodali oleh negaranya dan perusahannya dan masuk ke kita. Emang kita punya? Nggak ada. Negara mereka ikut campur tangan, tapi kita dilepas," katanya menjelaskan.

Menurut dia, negara Singapura dan Malaysia lebih kuat dibandingkan dengan Indonesia di sektor kesehatan karena kedua negara tetangga tersebut mempunyai modal.

"Ini pertandingan ber-grup antar bangsa. Jadi dia tidak datang pribadi, dia datang dalam bentuk grup yang punya modal, melawan kita yang sendiri-sendiri," katanya menegaskan.

Ia melanjutkan, orang Indonesia masih banyak yang berobat ke luar negeri karena teknologi mereka lebih bagus dari pada teknologi kedokteran di Indonesia. Padahal, kata dia, orang Indonesia sebenarnya juga bisa mengobati berbagai macam penyakit, hanya saja alatnya tidak memadai. [RPHS]