BENGKULU, PB - Trend berfoto selfie di lampu merah, membaca buku sambil tidur serta peragaan shalat yang konyol di jalanan dinilai merupakan bukti bahwa kalangan remaja di Kota Bengkulu membutuhkan ruang untuk mengaktualisasikan dirinya di dunia maya melebihi dunia nyata.
Baca juga: Lecehkan Shalat, Siswa Dibina Secara Khusus
Hal itu diungkapkan Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Bengkulu (UNIB), Gushevinalti. Peneliti komunikasi di media sosial ini pun mengungkapkan ketertarikannya untuk melakukan penelitian lebih jauh mengenai perilaku tersebut.
"Ketika para remaja berhasil melakukan perilaku unik tersebut, mereka seakan memperoleh pengakuan atau penilaian dari orang lain sebagai orang yang gaul, barangkali. Ini adalah contoh nyata narsisme," katanya kepada Pedoman Bengkulu, Selasa (26/1/2016).
Narsisme tersebut, lanjutnya, didukung oleh godaan postingan-postingan di media sosial. Dengan ramainya postingan-postingan tersebut, jelasnya, para remaja tersebut mendapat perhatian dan meningkatkan gengsinya di kalangan teman-temannya.
"Tapi ini tentu bukan perilaku yang bagus. Ingin dinilai gaul dan hebat serta ingin membuat trend di kalangan remaja, barangkali ini motivasinya," paparnya.
Agar persoalan yang sama tidak terulang kembali, sambung Gushevinalti, para remaja tersebut memerlukan pendampingan dan ruang aktualisasi diri yang positif. Misalnya dengan memberikan lebih banyak apresiasi atau penghargaan ketika para remaja melakukan hal-hal positif seperti membantu orang tua, gemar belajar, gemar berolahraga dan sebagainya.
"Atau kita juga bisa memberikan tanggapan langsung di media sosial agar ada efek jera. Atau jangan sama sekali meng-klik suka di postingan mereka. Karena kalau kita klik suka, itu artinya kita mendukung perilakunya," tegasnya.
Ia tak menampik bahwa setiap orang berhak untuk mengejar dan menangkap momen penting apa saja, sesuai keinginannya, lantas memostingnya selama postingan tersebut tidak mengusik hak dan privasi orang lain.
"Memang benar menggunakan media sosial merupakan cara yang sangat demokratis oleh siapapun. Tetapi jika postingan seseorang mengarah kepada pelanggaran etika apa bisa didiamkan? Tentu saja tidak," tutupnya. [RN]