Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Tak Bisa Diprediksi, Harga Minyak Dunia Jeblok

IMG_20160113_123720JAKARTA, PB - Pergerakan harga minyak mentah dunia mengalami fluktuasi yang begitu hebat. Pada 13 Desember 2015 lalu dalam dataOil Price, harga minyak mentah sebesar USD 38/barel. Namun siapa sangka, harga makin turun pada hari ini (Rabu, 13/01).

Dewan Pakar Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) Benny Lubiantara menerangkan harga minyak dunia menyentuh level terendahnya, yakni USD 30,44/barel. Bahkan, tak ada yang mampu memprediksi harga minyak secara tepat dan temporer.

Dia menyampaikan prediksi harga minyak yang dilakukan oleh berbagai pihak sering tidak tepat. Misalnya, para pakar sering berasumsi bila harga minyak dunia tengah turun, maka akan semakin menurun.

Sedangkan di saat harga naik asumsi yang muncul harga akan terus naik. Bahkan pada saat harga minyak dunia menyentuh USD 100/ barel pada beberapa tahun lalu, banyak yang mengasumsikan harga akan sampai pada level USD 120 bahkan sampai USD 200 per barrel. Tapi nyatanya di akhir 2015 justru turun tidak terduga.

"Bahkan IMF pun merilis harga minyak akan turun sampai USD 5-15 per barrel dan itu banyak di kutip media," kata Benny, Rabu (13/01).

Dia melanjutkan OPEC sendiri mengasumsikan pada 2016 harga minyak akan mencapai USD 60/barel dan di tahun 2020 mendatang mencapai USD 80 per barrel. Masing-masing pihak selalu menyebutkan prediksi harga minyak yang berbeda dan tidak ada yang tepat.

"Harga minyak setiap hari berubah bisa saja sangat jatuh dan bisa saja sangat tinggi. Itu berlangsung berapa lama. Sulit sekali diprediksi," imbuhnya.

‎Secara psikologis harga minyak yang begitu drop tahun ini cenderung membuat banyak pihak pesimis terkait dengan berapa lama posisi harga akan bertahan seperti ini. Trigger utama turunnya harga minyak pada saat ini adalah kelebihan pasokan dan menurunnya permintaan.

Benny mencatat, penuruna harga minyak dunia terjadi mulai dari krisis keuangan Asia tahun 1997-an. Ketika perlambatan ekonomi di tahun 2001 juga berdampak pada penurunan harga minyak. Kemudian pada tahun 2008 harga juga turun tajam akibat krisis finansial global.

"Dari pengalaman historis itu menunjukkan bahwa harga minyak yang turun akibat kondisi ekonomi yang mengakibatkan menurunnya permintaan," ia menyimpulkan.

Namun, menurut dia, turunnya harga minyak akan berlangsung singkat. Sebaliknya ketika isunya kelebihan pasokan, maka akan berlangsung lebih lama. "Situasi sekarang mirip dengan pertengahan tahun 1980," pungkasnya. [Gara Panitra]