[caption id="attachment_11388" align="alignleft" width="300"] Ilustrasi pemasangan jaringan Pembangkit Listrik Penaga Banas Bumi[/caption]
JAKARTA, PB – Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral menargetkan penambahan kapaistas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) meningkat 1.751 MW hingga 2019 mendatang.
Baca juga: Megaproyek Listrik 35 Ribu MW Diserahkan ke Swasta dan Bengkulu Jadi Skala Prioritas Program Kelistrikan
Pengembangan panas bumi dalam 5 tahun kedepan akan difokuskan pada pengembangan potensi panas bumi yang mempunyai entalphy tinggi. Selanjutnya dalam 10 tahun kedepan mulai dikembangkan potensi panas bumi yang mempunyai entalphy menengah hingga entalphy rendah serta pengembangan skala kecil.
"Penambahan kapasitas terpasang dimulai tahun 2015, dari PLTP Kamojang-Darajat sebesar 35 MW. Tahun 2016, tambahan sebesar 274 MW diperoleh dari Lumut Balai, Karaha, Sarulla, Lahendong dan Ulubelu masing-masing sebesar 55 MW dan 30 MW, 114 MW, 20 MW dan 55 MW," demikian pernyataan Kementrian ESDM, dikutip dari laman resminya, Jumat (8/1/2016).
Per 2017, penambahan kapasitas akan didapat dari Ulubelu 55 MW, Sarulla 118,5 MW, Lahendong 20 MW, Liki Pinawangan Muaralaboh sebesar 70 MW. Total peambahan kapasitas tahun 2017 mencapai 263,5 MW.
Selanjutnya di tahun 2018, terdapat penambahan kembali sebesar 633,5 MW, yakni masing-masing dari Sarulla 118,5 MW, Lumut Balai 55 MW, Hululais 55 MW, Tulehu 20 MW, Rantau Dedap 220 MW, Gn. Rajabasa 110 MW dan Dieng 55 MW.
Tahun 2019, akan terdapat penambahan total sebesar 545 MW, yakni dari Gn. Rajabasa Dan Dieng masing-masing sebesar 110 MW dan 55 MW dari Sungai Penuh, Hululais dan Lumut Balai masing-masing 55 MW, Karaha 60 MW, Cisolok-Cisukarame 45 MW dan Pangalengan sebesar 110 MW.
"Potensi panas bumi Indonesia diperkirakan mencapai 29.452 MW namun pemanfaatannya hingga 2015 baru mencapai 1.438,5 MW," lanjutnya.
Pemerintah menghadapi beberapa tantangan untuk memaksimalkan potensi yang ada, tantangan-tantangan tersebut yakni, masalah harga, tumpang tindih kawasan konservasi, pembebasan lahan dan pengadaan jaringan transmisi.
Lima langkah strategis akan dilakukan Kementerian ESDM untuk mengoptimalkan potensi yang ada yaitu dengan mengatur dan menyusun peraturan pemerintah yang mengatur bonus produksi, pemanfaatan tidak langsung dan pemanfaatan langsung.
Selain itu Kementerian ESDM juga akan melelang 30 wilayah kerja panas bumi melalui mekanisme, pelelangan terbuka dan penugasan kepada BUMN atau BLU sesuai dengan amanat UU 21/2014 pasal 28. Pemerintah akan mengembangkan Wilayah Terbuka Panas Bumi melalui Penugasan Survei Pendahuluan (PSP) atau Penugasan Survei Pendahuluan ditambah Eksplorasi (PSPE) dan Kebijakan harga jual listrik panas bumi dengan mekanisme Feed In Tariff (FIT) serta Penyertaan Modal Negara (PMN) pada proyek – proyek panas bumi. [IC]