BENGKULU, PB - Mengajar adalah salah satu bagian dari tugas guru. Tapi, mengajar di sekolah yang jauh dari pusat kota, dan lebih dekat dengan daerah perbatasan apalagi dengan minim fasilitas menjadi tantangan tersendiri bagi para guru. Salah satunya adalah para guru yang mengajar di Sekolah Satu Atap Bangkahan, Kelurahan Teluk Sepang, Kecamatan Kampung Melayu. Terjatuh dari motor sering mereka alami jika kondisi hujan di pagi hari. Hal yang sama juga dirasakan para siswanya, jumlah guru bidang studi yang minim membuat mereka merasa kurang maksimal mendapati materi pelajaran.
Prihatin akan kondisi itu, Selasa (26/1/2016) Wakil Walikota Patriana Sosialinda didampingi Plt Kadisdikbud, Inspektur, dan sejumlah pejabat terkait lainnya mengunjungi Sekolah Satu Atap di Bangkahan itu. Sekolah Satu Atap ini terdiri dari SDN 102 dan SMPN 23, lokasi sekolah ini merupakan daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Seluma. Untuk menuju sekolah ini hanya bisa diakses melalui dua jalur yakni dari Aro Bintang dan Teluk Sepang dengan melewati kondisi jalan yang berlubang dan bebatuan dengan jajaran kebun sawit disetiap sisi jalan.
Wakil Walikota dan rombongan yang mengunjungi Sekolah Satu Atap pagi tadi disambut hangat oleh Kepala Sekolah dan guru serta siswa. Meskipun jauh dari pusat kota dan keramaian, wajah para siswa dan guru terlihat sangat ceria ketika dikunjungi Wawali. Dalam kunjungan itu, Kepala Sekolah SMPN 23 Jon Kanidi menyampaikan pengalaman dirinya dan beberapa guru yang bertugas di Bangkahan itu. Akses jalan yang sulit ditempuh, jumlah guru PNS yang dirasa masih belum mencukupi, dan kondisi fasilitas yang belum memadai menjadi keluhan Jon Kanidi sejak ia menjadi Kepala Sekolah di sana. “Guru SD di sini hanya ada 7 orang, 5 PNS dan 2 honorer. Sementara untuk Guru SMP ada 8 orang, 3 PNS dan 5 honorer. Mereka inilah yang mengajar 72 siswa SD dan 44 siswa SMP,” terang Jon Kanidi.
Selain itu, menurutnya kekurangan jumlah guru PNS lebih terletak kepada guru bidang studi seperti PPKN, IPS, IPA dan TIK. Dirinya mengharapkan agar ada guru PNS yang ditugaskan di Sekolah Satu Atap ini. Karena selama ini, pihak sekolah hanya menambah tenaga guru dari honorer dengan gaji yang sangat minim.
Mendengar hal itu, Wawali langsung menanggapi. Dirinya langsung meginstruksikan agar pihak BKD untuk melakukan pemetaan terhadap guru-guru yang mungkin berlebih di sekolah lain. Wawali menginginkan agar guru PNS dapat ditambah untuk bisa mengajar di Sekolah Satu Atap Bangkahan. Bukan hanya itu, sulitnya akses jalan untuk mencapai Sekolah Satu Atap ini juga menjadi perhatian serius Wawali, pihak Dinas PU yang turut hadir pagi tadi juga diinstruksikan agar segera melakukan pengaspalan disepanjang jalan untuk menuju sekolah itu. “Jalan di sini harus menjadi prioritas, agar tidak ada lagi guru yang terjatuh dikubangan saat hari hujan,” tegas Wawali.
Pada kunjungan itu, Wawali juga sempat meninjau kondisi kelas, wc, lingkungan dan ruang perpustakaan. Saat di ruang perpustakaan, Wawali sempat mempertanyakan kondisi dan jumlah buku yang menurutnya perlu ditambah dengan tidak hanya mengandalkan dari dana BOS (Bantuan Operasiona Sekolah) Wawali juga menginstruksikan agar Kantor Arda (Arsip Daerah) memberikan bantuan buku-buku atau pun mengoperasional mobil perpustakaan keliling ke Bangkahan. “Saya sudah melihat semua kondisi di sini, dan saya juga bawa para kepala dinas yang terkait. Kita akan upayakan dengan maksimal agar apa yang menjadi aspirasi hari ini dapat langsung kita tindaklanjuti,” ujar Wawali.
Saat di ruang perpustakaan itu juga, Wawali yang melihat alat peraga IPA (berbentuk organ dalam tubuh manusia) yang berdebu meminta Kepala Sekolah untuk memaksimalkan penggunaan alat peraga tersebut sebagai bagian dari metode mengajar. “Jangan karena guru IPA tidak ada, nanti siswa-siswa kita tidak tahu jantungnya ada di mana,” canda Wawali. [rudra/rls/bis]