BENGKULU, PB - Sebanyak 23 auning di gerbang Pantai Panjang milik Pemerintah Kota yang dibangun pada era mantan Wali Kota Chalik Effendi telah bertahun-tahun terbengkalai. Namun pada tahun ini, auning-auning tersebut bakal difungsikan kembali.
Baca juga: Sarana Bermain Minim, Awning Liar Menjamur dan Soal Sampah dan Titik Berjualan, PKL Pantai Panjang Ditegur serta Akhirnya, Bengkulu Punya Sentra Jajanan Sehat
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Kota Bengkulu, Tony Elfian, mengutarakan, penataan auning-auning tersebut memang cukup mendesak. Mengingat, auning-auning yang terletak di Kelurahan Penurunan atau persis di depan Mapolsek Ratu Samban tersebut merupakan titik kunci yang akan memberikan kesan pertama kepada pengunjung Pantai Panjang.
"Yang akan menggarap adalah pihak ketiga dengan sistem sewa. Kami sudah mengeluarkan rekomendasi bagi pihak ketiga yang akan menggarapnya. Harapan kita kalau sudah dikelola, kawasan itu tidak lagi tampak seperti sudut mati di Pantai Panjang," kata Tony, baru-baru ini.
Data yang berhasil dihimpun, pada sekira bulan Oktober 2012, auning-auning tersebut sempat terbakar. Api diduga berasal dari konsleting listrik. Namun sebelum kebakaran tersebut terjadi, auning-auning tersebut diduga kerap disalahgunakan sebagai warung remang-remang.
"Kepada pihak ketiga, kita sudah membuat sejumlah perjanjian. Termasuk mengenai kebersihan, peruntukkan dan ketentuan-ketentuan lainnya. Karena ini melibatkan pihak ketiga, proses selanjutnya kami serahkan kepada Bagian Kerjasama Setda Kota," tutur Tony.
Karena kawasan tersebut berada di gerbang Pantai Panjang, lanjutnya, maka Disparekraf Kota Bengkulu telah meminta kepada pihak ketiga agar peruntukkan auning-auning tersebut mendukung kegiatan kepariwisataan di Kota Bengkulu.
"Konsepnya kuliner. Tapi penataannya dibuat semenarik mungkin sehingga pengunjung Pantai Panjang mempunyai kesan yang menarik sebelum masuk wilayah pantai. Jadi selain menambah PAD (Pendapatan Asli Daerah) kita juga berharap agar pembangunan ini mendukung geliat pariwisata kita," demikian Tony.
Berdasarkan pantauan Pedoman Bengkulu, pada malam hari, auning ini kerap digunakan oleh gelandangan dan pengemis yang menumpang beristirahat. Sejumlah atap, kayu dan besi yang menopang auning-auning ini telah hilang.
Saat ini, sebuah warung makan telah berdiri berdampingan dengan penjual bunga. Disamping itu juga tampak adanya penjual mainan kerajinan tangan dan beberapa auning yang dipakai oleh penjual pot. [RN]