BENGKULU, PB - Wakil Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengatakn dibutuhkan kehati-hatian dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pasalnya, Indonesia apalagi Bengkulu saat ini dikenal sebagai pangsa pasar oleh negara lain.
Baca juga: Hadapi MEA, RM: Tingkatkan Ketrampilan
"Jangan sampai kita menjadi objek dalam pasar bebas ASEAN ini," ujarnya, saat menjadi keynote speaker dalam seminar nasional 'Strategi Peningkatan Daya Saing Produk Daerah Era Global', Senin (29/2/2016).
Mantan Wakil Bupati Bengkulu Selatan ini menilai Indonesia sebenarnya punya keunggulan untuk menghadapi MEA ini. Misalnya wilayah yang sangat luas, iklim yang mendukung dan jumlah tenaga kerja melimpah serta murah.
"Tapi dengan keunggulan-keunggulan itu kita belum bisa jadi produsen," keluhnya. Baca juga: Kadin Sudah Siapkan Pelaku Usaha Tangguh di Era MEA
Menurutnya, salah satu upaya yang harus dilakukan untuk menghadapi persaingan global ini adalah dengan meningkatkan kecintaan terhadap produk lokal. Naiknya nasionalisme akan produk lokal ini akan meningkatkan jumlah UMKM di Bengkulu.
Dengan demikian, jumlah lapangan kerja akan memperluas lapangan kerja, "Di Jepang itu, yang ada hanya restoran Jepang. Jadi orang yang datang, mau tidak mau harus makan masakan mereka. Ini yang harus kita tiru," jelasnya.
Hal ini didukung oleh pembicara lainnya, Ujang Sumarwan. Guru besar IPB ini mengatakan dibutuhkan kebijakan yang berpihak agar ekonomi masyarakat bisa tumbuh dan kecintaan terhadap produk lokal Bengkulu bisa dicintai. Baca juga: Hadapi MEA, Pemerintah Perlu Giatkan BLK
"Misalnya Pemda mewajibkan setiap restoran menjual air minum kemasan dari Bengkulu. Retail-retail yang ada juga diwajibkan menjual produk UMKM Bengkulu," kata dia. [IC]