BENGKULU SELATAN, PB - Pemerintah terus menggenjot dan memasyarakatkan program Keluarga Berencana (KB). Salah satunya dengan membentuk kampung KB. Di Bengkulu Selatan, Desa Kayu Ajaran Kecamatan Ulu Manna, dipilih sebagai percontohan kampung KB.
Baca juga: Peluncuran Kampung Sejahtera Sumber Jaya Jadi Percontohan
"Insya Allah besok (3/2/2016), Penjabat Gubernur yang akan menghadiri acara launching Kampung KB di Desa Kayu Ajaran, Ulu Manna," terang Kabag Humas Pemda Bengkulu Selatan Yulius Saesar.
Dengan dibentuknya kampung KB tersebut diharapkan dapat meningkatkan peran serta masyarakat dalam mendukung dan mewujudkan Keluarga Berencana. Yang mana, tujuan akhir dari program KB tersebut untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan masyarakat.
"Tidak ada lagi istilah banyak anak banyak rezeki, ayo ikut KB," ajaknya.
Dipilihnya Desa Kayu Ajaran sebagai pilot project Kampung KB karena dinilai Desa kayu Ajaran dan beberapa desa disekitarnya masih banyak yang belum ber-KB dan sebagian besar tingkat ekonomi warganya masih di bawah rata-rata.
Terpisah, Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat dilansir Antara mengatakan bila program KB harus digalakkan menginggat jumlah penduduk Indonesia yang saat ini mencapai 252 juta penduduk dan laju pertumbuhannya masih sebesar 1,3 persen.
"Itu artinya apa, setiap tahunnya ada tambahan penduduk sebanyak 3 juta orang. Jadi setiap ibu memiliki anak 2-3 orang," ungkapnya belum lama ini.
Dengan pertumbuhan penduduk tersebut, kata Jokowi, perlu disiapkan tambahan kebutuhan pokoknya setiap tahun serta perlu tambahan lowongan kerja agar masyarakat Indonesia sejahtera.
"Oleh sebab itu kenapa KB kita galakkan lagi, karena sekarang persaingan antarnegara sangat ketat sekali, kompetisi antarnegara sangat ketat sekali. Saling bersaing untuk merebutkan ekonomi karena semua ingin rakyatnya sejahtera semuanya bersaing," kata Presiden.
Menurut Jokowi, jika laju penduduk tidak bisa dikendalikan maka masyarakat tidak bisa bersaing dengan negara lain karena beban kehidupan per keluarga yang tinggi karena dibebani pengeluaran besar akibat banyak anak.
Presiden juga menginggatkan pada lima hingga 15 tahun mendatang Indonesia akan menghadapi jumlah penduduk dengan umur produktif yang tinggi sedangkan yang tidak produktif, anak-anak dan usia lanjut, yang sedikit, sehingga perlu jalan keluar untuk menghadapi itu semua. [Apdian Utama]