BENGKULU, PB - Karl Heinrich Marx, pemikir revolusioner yang lahir 5 Mei 1818 itu merupakan sosok fenomenal dalam tradisi pemikiran para tokoh nasional. Sebab gagasannya tentang masyarakat tanpa kelas banyak menginspirasi tokoh pergerakan nasional dari berbagai kalangan, salah satunya penggagas Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan.
Hal tersebut mengemuka dalam acara diskusi Membedah Ketokohan KH. Ahmad Dahlan, yang digelar di Museum Negeri Bengkulu. Acara yang juga diikuti oleh mahasiswa itu menghadirkan anelis dari Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Bengkulu, H. Syaifullah. M Iqbal dan Hardiyansyah.
Cendekiawan Muslim Muhammadiyah, M.Iqbal yang membandingkan KH. Ahmad Dahlan dengan sosok Karl Marx. Menurutnya KH. Ahmad Dahlan dan Karl Marx memiliki kesamaan visi tentang pemikiran dan pembelaan terhadap kaum lemah dan tertindas.
"Dari sisi pembelaan terhadap kaum lemah dan tertindas, KH. Ahmad Dahlan dan Karl Marx sama-sama mampu melakukan tindakan revolusioner untuk merubah masyarakat feodalistik menjadi masyarakat yang setara atau egaliter," ungkapnya.
Meski demikian ia menekankan, bila Karl Marx merupakan tradisi pemikiran maka KH. Ahmad Dahlan lebih pada tindakan praksis dengan membuat alat perjuangan dalam melakukan transformasi.
"Marx melakukan perlawanan fisik dan berakhir dengan kekalahan. Sedangkan KH. Ahmad Dahlan dengan membela orang-orang miskin dan mengeluarkan dari kegelapan dan kebodohan dengan membuat lembaga dan institusi pendidikan," kata Iqbal.
Menarikny kata Iqbal, KH. Ahmad Dahlan juga melakukan reformasi dengan tidak merusak kultur lokal. "Salah satu contohnya dengan tidak memakai pakaian ke Arab-araban tetapi menjunjung tradisi kebudayaannya seperti berpakain ala Jawa," jelasnya.
Selain itu, Syaifullah menjelaskan tentang riwayat hidup KH. Ahmad Dahlan hingga kontribusinya bagi kemajuan dan pembaharuan Islam.
"Beliau KH. Ahmad Dahlan lahir pada tahun 1868. Beliau termasuk keturunan kedua belas Maulana Malik Ibrahim salah satu tokoh terkemuka Walisongo. Beliau di usia 20 tahun sudah melakukan pengembaraan intelektual dan spritual di tanah suci," kata Syaifullah.
Ditambahkan Syaifullah, paling menarik dari KH. Ahmad Dahlan adalah melakukan ibadah haji sebanyak dua kali. Dimana ibadah haji yang kedua beliau bertemu dengan seorang tokoh pembaharuan Islam yang bernama Rasyid Ridha di tanah suci Mekkah.
"Pastilah mereka membicarakan soal nasib umat muslim dunia dan bagaimana melakukan pembaharuan Islam. Bukan hanya sekedar wacana dan wawasan luas. Tetapi menemukan metodologi pemahaman nilai-nilai islam yang benar." tegasnya.
Syaifullah menarik kesimpulan menarik dari figur seorang KH. Ahmad Dahlan. Pertama, KH. Ahmad Dahlan punya garis keturunan orang besar Maulana Malik Ibrahim. Kedua, poligami yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan bukan bertujuan untuk pengembangan ke Muhammadiyah di masa depan. Ketiga, Muhammadiyah memisahkan diri dari kepentingan politik pada masa itu, yang dekat dengan Budi Utomo dan Serikat Islam," tutupnya. [Theo Jati Kesumo]