Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Melati Ingin Emak Naik Haji

MelatiBENGKULU, PB - Anak-anak selalu menjadi korban hasil perceraian orang tua. Selain luka mendalam, anak bisa ditinggal begitu saja. Lepasnya tanggung jawab orangtua seringkali membuat anak harus menumpang kesana kemari untuk bertahan hidup.

Melati adalah salah satu dari korban perceraian orangtuanya. Umurnya kini 11 tahun dan duduk di kelas 5 SD N 68 Bengkulu. Ayah dan ibu Melati bercerai sejak ia belum sekolah. Pemilik nama panjang Melati Ulfajannah ini awalnya tinggal bersama ayahnya setelah ibunya memutuskan menikah lagi. Sejak itu Melati tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu. Melati juga terpisah dengan kakak lelaki satu-satunya, Riko, yang ikut dengan ibunya. Kini ibunya telah menikah untuk yang ketiga kalinya.

Tak lama waktu yang dihabiskan Melati bersama ayah. Ia harus berpisah lagi dengan orang tuanya karena ayahnya menikah lagi dengan perempuan Linggau dan memutuskan untuk  tinggal disana. Meninggalkan Melati pada Nenek Azna.

Tinggal bersama nenek Azna pun tidak lama. Kemudian Melati tinggal bersama nenek Aini. Jika dilihat dari silsilah keluarga, nenek Aini adalah sepupu nenek kandung Melati yang sudah meninggal karena kecelakaan. Tinggal bersama nenek Aini inilah Melati mulai bersekolah dimulai dari kelas satu sekolah dasar. Nenek Aini sendiri adalah janda yang hidup sebatang kara. Untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti beras, nenek Aini bekerja serabuta. Jika sedang musim panen, maka nek Aini akan diajak menyabit. Setelah itu biasanya nek Aini akan dibayar dengan satu kaleng beras, sehingga mereka tidak perlu membeli beras lagi. Jika keadaan mendesak, maka Melati dan neneknya akan menjual ayam atau bebek yang mereka pelihara. Meski pekerjaan tidak tetap dan tidak mendapat fasilitas yang memadai seperti kebanyakan teman-temannya, Melati mendapatkan seluruh perhatian dan kasih dari nek Aini.

Di sekolah, Melati merupakan salah satu murid berprestasi. Ia selalu masuk peringkat enam besar di kelas. Bukan hanya rajin belajar, Melati juga ikut menyumbangkan piala bagi sekolahnya lewat lomba Pramuka tingkat SD kota Bengkulu tahun 2015. Untungnya Melati mendapat bantuan beasiswa di sekolah sehingga sedikit mengurangi beban yang harus dipikul nenek Aini. Kadang bantuan diberikan dalam bentuk tas dan seperangkat alat tulis. Kadang pula berupa uang senilai Rp. 400.000, sayangnya tetap ada potongan saat menerima.

“Biasanya dipotong kalau kalau menerima bantuan. Buat ucapan terima kasih pada guru,” jawab nek Aini ketika ditanya mengapa bantuan sekolah masih dipotong juga.

Dengan cahaya lampu yang sudah agak redup, Melati tekun membaca materi pelajaran untuk sekolah esok sambil sesekali menjawab pertanyaan yang diajukan Pedoman Bengkulu. Sudah lama sekali Melati tak pernah bertemu dan berkumpul dengan keluarganya secara utuh. Tahun lalu sebenarnya ayah Melati pernah bekerja di dekat rumahnya sebagai kuli bangunan, namun hanya sekali datang menjenguk Melati.

“Terakhir ketemu Juli kemarin. Bapak kerja dekat sini tapi cuma sekali kami ketemu,” kenang Melati sambil tersenyum.

Ditinggal orang tua tak membuat Melati sakit hatiapalagi dendam. Melati semakin termotivasi untuk mencapai cita-citanya menjadi guru PKN, selain itu ia juga memiliki niat baik untuk nenek dan orang tuanya.

“Kalau sudah sukses nanti Melati mau menghajikan nenek, ibu, dan bapak. Sekarang Melati belajar yang rajin biar nanti bisa dapat beasiswa untuk kuliah. Kan kalo kuliah bisa jadi guru. Uangnya ditabung untuk menghajikan nenek, ibu dan bapak.” Ujarnya sambil menatap lurus ke depan. [Valen]