BENGKULU, PB - Bala, musibah dan adzab merupakan hal yang sama diartikan dalam kehidupan sosial. Setiap orang selalu memaknai bala yang menimpa berbeda-beda, jika yang mendapatkan adalah orang yang beriman maka itu adalah ujian, namun jika yang diberi kenikmatan adalah orang yang kafir maka itulah nikmat sementara yang balasannya adzab pedih di akhirat kelak.
"Bala sering dikaitakan dengan hal-hal yang tidak disukai. Namun bala juga berkaitan dengan hal yang menyenangkan," kata Rahin saat menyampaikan Khutbah Jum'at di Masjid Al-Ikhlas , Jl. Jenggalu, Lingkar Barat Bengkulu, Jum'at, (26/2/2016).
Konsep syariat dalam agama lanjutnya, mengartikan bala tidak hanya berkaitan dengan keburukan, namun juga berkaitan dengan hal yang baik.
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri," terang Rahin mengutip QS. Ar-Rad 11.
Banyak manusia yang mendapat bala yang baik namun gugur menghadapinya sehingga terlempar menjadi manusia yang hina. Ia mencontohkan nasib raja Mesir, Fir'aun yang mendapatkan bala yang baik dan gagal. Sedangkan manusia yang sukses menghadapinya adalah Nabi Ayub, ia yang awal mulanya orang yang kaya-raya, memiliki kebun luas dan ternak yang banyak. Allah turunkan bala ujian dengan kemiskinan, kehilangan anggota keluarga dan didera sakit selama 8 tahun.
"Bala yang baik, adalah balaul hasanah. Bala adalah sesuatu nikmat yang terkadang selamanya. Banyak pejabat ketika mendapat ujian yang baik tidak lulus sehingga masuk penjara," ungkapnya.
Musibah selalu tidak menyenangkan. Tidak ada seorangpun yang menginginkan musibah, namun kita harus mengikuti konsep dari Allah SWT bahwa musibah adalah hak proregratifNya.
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai pengingat. Adzab menjadi hal yang menakutkan jika dalam bentuk hukuman. Namun Allah menjamin sebelum diturunkan adzab selalu ada peringatan. Selalu ada tanda yang menjadi fenomena Alam. Karena jika Allah ingin menghancurkan mudah saja baginya," jelasnya.
Turunnya Adzab karena 3 hal. Adanya maksiat, kezaliman dan kefasikan. Adzab tidak hanya menimpa orang yang melanggar namun juga akan menimpa orang yang baik. Orang yang baik juga mendapatkan adzab karena tidak mau mengubah lingkungannya.
"Allah dapat mengazab umatnya melalui makhluknya, yaitu melalui perantara gunung. Memperbaiki keimanan dan ketaqwaan itu lebih penting, sembari mengajak orang-orang sekitar agar menjadi baik," tutupnya. [Zefron]