Tanggal 14 Februari adalah hari dimana seluruh dunia merayakan Hari Valentine atau Hari Kasih Sayang. Hampir semua toko, outlet dan swalayan memanfaatkan momentum tersebut dengan memasang aksesoris atau pernak pernik dengan nuansa merah jambu atau pink. Namun sejumlah gereja menyerukan penolakan atas perayaan ini.
RIZKY FEBRIANTY, Kota Bengkulu
MINGGU (7/2/2016), puluhan remaja mengisi waktu liburnya dengan berkumpul di Aula Hotel Samudra Dwinka Pintu Batu. Mereka membahas tentang Hari Valentine yang sebentar lagi akan diperingati. Karena hari itu menjadi trend dikalangan remaja, pembahasan tentang Valentine ini tentu saja mengundang antusias.
Adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang menggelar acara diskusi tentang Valentine ini. Disini dibahas tentang segala pemberian yang bernuansa kasih sayang. Misalnya coklat berbentuk hati, bunga berwarna pink, boneka, pernak pernik, promo-promo hotel dan promo maskapai penerbangan.
"Sampai-sampai ada ide gila yang dilakukan untuk menyambut hari tersebut dengan pemberian cokelat yang berhadiah kondom," kata ustad Mastur Adhy Sudrajat, disela-sela diskusi yang bertema 'Menebus Iman Yang Tergadai' itu.
Valentine pun dikupas. Ensiklopedia Amerika menyebutkan, tanggal 14 februari adalah hari dimana mayoritas warga disana mengenang salah satu pendeta Kristiani yang bernama Santo Valentine. Itu adalah momen dimana mereka yang sedang dilanda cinta akan bertukar hadiah atau kado.
"Tapi ternyata di balik itu terdapat cerita yang ditutupi. Misalnya tentang perayaan Lupercalia. Lupercalia adalah Dewa Kesuburan berkepala kambing yang tadinya diperingati tanggal 15 Februari lalu dipercepat menjadi tanggal 14 Februari dengan alibi memperingati kematian Santo Valentine. Konon katanya dewa ini menikah dengan Aphrodite atau Dewi Cinta dan melahirkan anak yang diberi nama Cupid. Karena ketampanannya, akhirnya Dewi Cinta ini menikahi anaknya sendiri," urainya.
Versi kedua, lanjutnya, pada abad 4 Sebelum Masehi. Sejarah singkatnya yaitu perayaan kasih sayang yang pada saat itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan Hari Valentine. Perayaan itu untuk memperingati Dewa yang bernama Dewa Lupercus. Dewa ini adalah dewa kesuburan bagi bangsa Roma.
"Perayaannya adalah dimana dewa ini ditantang dengan mengambil semacam lotre yang isi dari lotre tersebut adalah nama-nama wanita. Setelah nama wanita itu keluar, wanita tersebut akan dinikahi dan bersenang-senang selama satu tahun. Setelah satu tahun, wanita tersebut boleh ditinggalkan," jelasnya.
Bukan hanya itu, kata ustad Mastur yang tampak makin bergairah dengan penjelasannya, ternyata 14 Februari bagi warga Inggris adalah The National Impotence Day atau hari untuk orang-orang yang mempunyai penyakit impoten. Di Inggris, ungkapnya, mereka yang mengidap penyakit ini di bolehkan melakukan sex bebas kepada siapa saja.
"Sedangkan di Amerika Serikat adalah The National Condom Week, dimana kondom diberikan secara cuma-cuma atau gratis," papar aktifis dakwah ini.
Yang menarik, tekan ustad Mastur, tidak semua warga barat mengikuti Valentine Day, seperti di Rusia. Pada tahun 2011, Gereja Ortodox Rusia mengeluarkan larangan memperingati perayaan hari Valentine. Pemerintah Rusia Provinsi Belgorod menyerukan agar institusi pendidikan dan institusi pemerintahan untuk tidak melakukan perayaan hari kasih sayang.
Demikian juga Roma, tambah ustad Mastur. Disebutkannya, Gereja Katolik Roma menasihati orang lajang mengidamkan hubungan asmara agar mengarahkan doa permintaan asmara pada 14 Februari kepada St Raphel, bukannya St. Valentine.
"Gereja Roma mengatakan bahwa Valentine Day salah arah. Seharusnya diisi dengan doa, bukan dengan maksiat," beber ustad Mastur.
Sementara ustad Budi Utomo diacara yang sama mengupas mengenai pacaran. Bagi dia, cinta dan kasih sayang sebenarnya di dalam Islam adalah sesuatu yang fitrah atau netral. Namun rasa suka, sayang, atau cinta yang kepada manusia tidak boleh melebihi cinta dan sayangnya kepada Allah dan Rasul-Nya.
"Tapi Islam tidak mengenal pacaran," tegasnya.
Menurut dia, pacaran adalah budaya barat yang bertujuan untuk mendekatkan dan saling mengenal satu sama lain. Di dalam Islam sendiri tidak ada ajaran untuk berpacaran. Namun Islam mengajarkan dua insan yang saling mencintai untuk berta'aruf.
"Awalnya mungkin berawal dari hal yang kecil. Misalnya cuma sms, lalu cuma nelpon, kemudian cuma ketemu, cuma makan, cuma jalan dan lain sebagainya. Inilah awal dari zina. Berawal dari cuma lalu berujung ke coba dan berakhir mendekatkan ke zina. Zina juga sebenarnya bertahap, mulai dari memandang, menyentuh, memegang," tukasnya.
Fenomena ini, sambungnya lagi, membuat banyaknya anak SD atau SMP putus sekolah dikarenakan hamil duluan, hampir setiap tahun. Kata dia, Islam tidak mengenal berhubungan dengan lawan jenis seperti itu kecuali saat pernikahan.
"Karena jika kita sudah menikah, maka semua yang dilakukan menjadi halal. Tahapan sebelum menikahpun dikenal dengan ta'aruf, bukan pacaran. Ta'aruf sendiri adalah berkenalan dan memperkenalkan diri kepada lawan jenis yang bertujuan nantinya ke pernikahan," paparnya.
Pada akhirnya ia menganjurkan kepada setiap remaja yang hadir untuk melakukan pembinaan kepada diri sendiri sejak dini. Seperti melakukan pengajian di setiap minggunya. "Dan berkumpullah dengan orang-orang yang soleh," tutupnya. [**]