BENGKULU, PB - Rektor Universitas Bengkulu (UNIB) Ridwan Nurazi meminta agar media yang ada di Bengkulu ikut melakukan edukasi terhadap masyarakat. Caranya adalah dengan memberitakan suatu peristiwa sesuai data dan fakta yang benar. Bukan malah memelintir dan menjadikan media sebagai alat menyerang.Baca juga: Sembilan Dosa Jurnalistik dan Produk Jurnalistik Jangan untuk Memeras
"Media harus memaparkan data dan fakta, karena itu bagian dari edukasi," ujar Ridwan, saat meluncurkan koran online swara Unib, Kamis (25/2/2016).
Menurut pria kelahiran Yogyakarta ini, banyak media yang hanya memberitakan sesuatu yang negatif melulu. Karena itu, ia minta agar ini dievaluasi. "Cobalah media itu melihat satu sisi lain yang positif, jangan yang negatif terus," imbuhnya.
Sebab, lanjut Ridwan, sesuai dengan riset ilmiah, berpikir negatif ternyata berdampak buruk pada kesehatan. Misalnya cepat menurunkan kekebalan tubuh, membuat gampang stress, gampang marah dan lainnya. Karena itu, media sebagai penyebar informasi harusnya bisa memberitakan suatu yang positif.
"Lebih baik hidup kita yang sudah susah ini diisi dengan yang positif-positif," ungkapnya.
Lihat juga: Meski Media Berganti, Jurnalisme Tak Boleh Mati
Di tempat yang sama, Kabag Humas Pemerintah Kota Bengkulu, Salahudin Yahya, mengatakan hal yang serupa. Dia mencontohkan ada 3 isu yang sering menjadi pemberitaan. Antara lain isu bunuh diri, incest, dan Lesbian Gay Biseks Trangender (LGBT). Dalam memberitakan ketiga isu ini, pria yang akrab disapa Daeng tersebut meminta agar media mengurai secara positif agar orang tidak melakukan hal itu.
"Dalam memberitakan media agar berhati-hati, supaya hal tersebut tidak malah berdampak negatif. Misal bunuh diri dijadikan satu alternatif jalan keluar, atau incest menjadi hal yang harus ditiru. Media, selain independen juga harus melakukan upaya edukasi," jelas mantan Ketua KPU Kota Bengkulu ini. [IC]
