*Revolusionanda
Sebagai hari perayaan, Hari Kasih Sayang atau sering dikenal dengan Hari Valentine hingga kini masih memicu perdebatan. Peringatan ini dinilai sebagai perayaan umat dengan keyakinan tertentu, sehingga tidak layak diperingati oleh umat lain yang memiliki keyakinan yang berbeda.
Disisi lain, Hari Kasih Sayang ini juga dituding sebagai pemicu maraknya seks bebas. Terlebih setelah adanya penyambutan peringatan ini dengan pemberian cokelat yang berhadiah kondom. Belum lagi banyaknya dunia industri yang memanfaatkan hari ini dengan memberikan berbagai promosi menarik seperti cokelat berbentuk hati, promo-promo hotel dan promo maskapai penerbangan.
Sementara sebagian yang lain menilai bahwa mengartikulasikan rasa kasih sayang terhadap orang yang kita kenal hanya dengan peringatan satu hari menjadi terlalu naif. Sebab, seyogyanya, menurut pandangan itu, kasih sayang harusnya diartikulasikan setiap hari.
Seluruh penafsiran Hari Valentine sebagaimana yang disebut diatas sebenarnya sah-sah saja. Tapi bila digali secara lebih cermat dan seksama, bukan berarti tidak ada penafsiran lain. Hari Kasih Sayang juga bisa dimaknai secara positif. Setidaknya bila digali dari kata Valentine itu sendiri.
Secara historis, Hari Valentine dikaitkan dengan St Valentine. Beberapa referensi menyebutkan bahwa jumlahnya tidak hanya satu, tapi ada tiga St Valentine yang berbeda. Namun, peringatan terhadap mereka bertiga sama-sama dirayakan pada tanggal 14 Februari.
St Valentine yang pertama adalah seorang penghibur para martir pada masa penganiayaan Kaisar Claudius II. Seumur hidupnya, ia tidak pernah menikah. Karena imannya yang besar kepada Tuhan, ia ditangkap, lantas dijatuhi hukuman mati. Kepalanya dipenggal pada tanggal 14 Februari 270 kemudian dimakamkan di Flaminian Way.
Sementara St Valentine yang kedua adalah seorang uskup Interamna. Sebuah tempat yang sekarang bernama Terni, terletak sekitar 60 mil dari Roma. Rasa kasih sayangnya yang melimpah kepada sesama manusia, terutama para martir, membuatnya juga ditangkap, didera, dan dipenggal kepalanya pada masa penganiayaan Kaisar Claudius II.
Sama halnya St Valentine yang ketiga. Hanya saja ia mengalami kemartiran di Afrika bersama beberapa orang rekannya. Namun identitasnya masih banyak terselubung misteri. Hakikat perbuatannya sama dengan dua santo sebelumnya, penuh kasih sayang terhadap sesama, merelakan nyawa mereka demi seruan bahwa Tuhan selalu bersama orang-orang yang mengasihi sesama makhluk hidup.
Terlepas dari adanya kedangkalan berfikir bahwa Hari Valentine atau Hari Kasih Sayang merupakan kebiasaan untuk bertukar kenang-kenangan, sebagian melekatkankannya dengan dewa-dewi asmara atau bahkan banyak yang memaknainya secara cabul, namun pesan ketiga St Valentine di atas patut dingat dan dikenang.
Sikap ketiganya merupakan lukisan yang agung yang menunjukan bahwa Tuhan selalu memerintahkan manusia untuk tidak mementingkan diri sendiri, mampu bersikap penuh kasih sayang sejati bukan karena kemilau dunia atau ketertarikan atas fisik dan benda-benda, tapi dengan pengorbanan tanpa syarat.
Mengingat ketiganya tidak pernah menikah menunjukkan bahwa cinta yang diwujudkan oleh ketiga St Valentine tersebut bukan cinta biasa. Cinta itu berwujud kasih sayang antara semua makhluk Tuhan secara jiwa dengan jiwa, bukan cinta yang dikuasai oleh hasrat untuk berbuat sex antara tubuh dengan tubuh.
Cinta yang mereka maksud adalah cinta jiwa yang suci, seperti rasa kasih sayang yang besar dari seorang ibu kepada anaknya, cinta seorang kakek atau nenek kepada cucu-cucu mereka, cinta yang tulus demi kemuliaan hidup antara kekasih kepada kekasih, bukan sex, cinta suci secara spiritual dan abadi kepada sesama makhluk Tuhan.
Bila orang ingin mengingat Hari Valentine atau Hari Kasih Sayang secara jujur, harusnya orang-orang tersebut jijik bila melihat kemiskinan yang didera oleh sebagian besar orang di dunia karena sistem cara pergaulan hidup yang mengutamakan keuntungan lebih daripada kemanusiaan dan mengutamakan keserakahan daripada kelestarian alam.
Peringatan itu bahkan bisa dikatakan penting, karena rasa kasih sayang yang besar itu sebenarnya bukan hanya ditunjukkan oleh ketiga St Valentine tersebut. Dalam kitab suci Al-Qur'an, pengorbanan yang besar demi keyakinan atas Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang termanifestasi dalam bentuk cinta terhadap sesama juga dilukiskan merupakan keteladanan yang ditunjukkan oleh para Nabi seperti Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Muhammad.
Setiap orang yang jujur, tulus dan ikhlas dalam melakoni hidupnya harusnya mengetahui bahwa Tuhan telah menujukkan cinta-Nya yang besar kepada seluruh makhluknya dengan menciptakan hidup dan kehidupan. Bahwa Tuhan adalah sumber cinta dan kasih sayang itu sendiri. Kepada Dia muara cinta semua makhluk pasti harus kembali.
*Penggemar Valentine, tinggal di Kota Bengkulu