BERBAGI kepada sesama ternyata tak rumit. Membuat anak yang ada di pelosok tersenyum tentu tak selamanya mengeluarkan banyak duit. Dan hal itu pasti menjadi sesuatu yang sangat berharga.
Apalagi bila senyuman tersebut bisa membuat sang anak menjadi semakin termotivasi untuk belajar dan mengejar cita-cita. Kegiatan tersebutlah yang dilakukan oleh sebuah komunitas yang menamakan dirinya dengan 1000 Guru.
Komunitas ini sempat berkunjung ke kantor Pedoman Bengkulu, Kamis (4/2/2016). Dalam kunjungan itu, Pendiri Komunitas yang bernama Jemi Ngadiono juga sempat hadir. Dia bercerita banyak tentang gerakan yang telah ia lakukan sejak tahun 2012 lalu tersebut.
Dari ceritanya itu, terungkap bila komunitas ini sebenarnya lahir dari aktivitas pribadinya di Twitter. Rutinitasnya berkicau di sosial media berlambang burung putih itu pun awalnya cuma sekedar iseng. Namun kemudian, banyak orang-orang penting yang pada akhirnya me-retweet apa yang ia posting.
"Di twitter, saya sering memposting foto-foto tentang kondisi pendidikan di Indonesia. Dari situ ternyata banyak yang tertarik dengan postingan-postingan saya tersebut," kenang Jemi.
Foto-foto tersebut sebenarnya didapatkan Jemi dari liputannya ke pelosok-pelosok desa. Maklum, Jemi ini memang seorang lulusan Broadcasting yang kemudian bekerja di sebuah Production House. Dari pekerjaan yang ia geluti inilah kepeduliannya itu kemudian ia salurkan dalam tindakan nyata.
"Dulu saya jalan sendiri, sambil liputan sambil ngajar. Saya izin ke Kepala Sekolahnya untuk mengajar kemudian saya beli kue untuk anak-anak yang ada di sekolah-sekolah pelosok," ungkapnya.
Lalu darimana sebenarnya kepedulian Jemi itu muncul? Masa kecil Jemi dihabiskan di Panti Asuhan. Dari pengalaman tersebutlah, ia menyimpulkan banyak anak miskin yang akhirnya terpaksa menutup mimpinya karena alasan biaya.
Karena itu, kata Jemi, kegiatan utama yang dilakukan oleh komunitas ini adalah memotivasi para siswa yang kurang beruntung, yang berada di desa. Caranya bagaimana? Di setiap kegiatan 1000 guru, selalu ada pohon harapan yang dikhususkan untuk menggantungkan cita-cita anak desa.
"Jadi ada anak itu yang mau jadi astronot, ada yang mau makan hamburger dan lain sebagainya," imbuhnya.
Tugas para relawan 1000 guru, kata Jimmy adalah bagaimana agar anak-anak itu termotivasi untuk meraih mimpi tersebut. Motivasi ini menurutnya sangat penting. Karena banyak anak-anak desa yang tidak mendapatkan motivasi dari orangtuanya.
"Bahkan kalau di desa, orangtua tak jarang malah mematikan mimpi anak-anak karena faktor biaya," tambahnya.
Gerakan twitter yang ia lakukan dengan mengupload fakta-fakta pendidikan Indonesia itu mendapat respon positif. Pada 2013, mulai ada yang kepingin melakukan hal yang sama dan bergabung dengannya. Total ada 9 orang ketika itu. Dari situlah kemudian komunitas ini menyebar hingga sekarang ada di 38 kota se-Indonesia.
"Untuk di Bengkulu sendiri baru ada 12 relawan yang tergabung," kata dia.
Tak hanya itu, konsep yang menarik yang ditawarkan oleh komunitas ini juga menjadi magnet sendiri bagi para pemuda Indonesia untuk bergabung. Komunitas ini mengusung tagline 'traveling and teaching'. Maksudnya jalan-jalan sambil mengajar.
Sebenarnya, kata Jimmy, konsep tersebut lahir karena melihat banyaknya anak muda sekarang yang narsis. Selain itu, jalan-jalan juga menjadi hobi yang paling diminati oleh pemuda Indonesia.
"Artinya, dengan meng-create konsep ini maka jalan-jalan yang dilakukan oleh anak muda itu bisa juga jadi bermanfaat secara sosial. Juga tetap bisa narsis dengan foto-foto," jelasnya.
Bagaimana dengan pendanaan? Kata Jimmy, komunitas ini anti politik bahkan melarang setiap anggotanya mendapatkan bantuan dari pemerintah. Tehnik yang dilakukan oleh komunitas ini mendapatkan dana cukup simpel. Pertama dengan menjual kaos dan kedua dari donasi setiap relawan.
"Jadi peserta yang ikut harus bayar. Nanti kan sekalian jalan-jalan," ucapnya.
Tak hanya mengajar, dalam setiap kegiatan komunitas ini juga memberikan layanan pemeriksaan kesehatan gratis. Kemudian ditambah dengan layanan smart centre dan program pemberian makanan bergizi untuk anak-anak desa yang sekolahnya dikunjungi oleh komunitas tersebut.
"Konsepnya nanti kita sewa tukang masak yang akan kirim makanan sehat ke sekolah untuk sarapan," jelasnya. [Tedi Cho]