BENGKULU, PB - Hari kasih sayang atau Valentine Day sering dirayakan dengan pergaulan bebas. Karena itu, umat yang beragama harus menolak hari yang sering diperingati pada 14 Februari ini. Hal ini disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman.
Dia mengimbau masyarakat Bengkulu khususnya remaja agar pandai-pandai memilah dan memilih budaya. Mana budaya leluhur yang memang sangat dekat dengan budaya Islam. Dan mana budaya asing yang merusak.
Sebagai bangsa yang berbudaya, ia minta para remaja tidak terjebak mengikuti budaya luar serta menghormati budaya bangsa sendiri. Hal ini ditegaskan dalam lirik lagu Indonesia Raya yang menekankan untuk membangun jiwa dan raga.
"Jangan biarkan jiwa anak muda rusak hanya karena itu (budaya asing-red). Kita harus maju karena teknologi, tapi tidak boleh bobrok secara moral," tegas salah satu Dosen Fakultas Kedokteran UII ini kepada Pedoman Bengkulu, Sabtu (13/2/2016).
Baca juga: Valentine Day, HTI: Jangan Ikut-ikutan dan Salah Menafsirkan Valentine
Dia sendiri secara tegas menolak budaya Valentine ini. Kendati tidak tahu pasti sejarah perayaan itu, menurutnya, budaya tersebut tak lain bermotif ekonomis. "Banyak kalangan yang memanfaatkan budaya itu dengan kemasan bisnis, seolah-olah mendapatkan promosi yang luar biasa," ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyampaikan jika pergaulan bebas di kalangan remaja Indonesia sudah memasuki lampu merah. Bahkan ikut menyumbangkan pada peningkatan penyebaran virus HIV/AIDS di Indonesia. Ini merupakan dampak dari maraknya perzinahan atau hubungan seksual diluar nikah.
"Dari daerah manapun, tidak ada tradisi bangsa ini yang membolehkan pergaulan bebas. Karena bangsa ini bangsa yang menjunjung tinggi keluhuran," pungkasnya. [Rizky Febrianty]