BENGKULU, PB - Langkanya usaha lokal yang memperkenalkan budaya Bengkulu di pasaran menjadi peluang tersendiri untuk pelaku bisnis. Sebab kebudayaan Bengkulu bisa menjadi sesuatu yang bernilai jual jika dikemas dengan baik. Hal inilah yang dilihat oleh Bagus, pemilik usaha souvenir khas Bengkulu.
Ditemui Pedoman Bengkulu, Bagus menceritakan awal usahanya itu dimulai pada tahun 2007. Ketika itu, ia hanya memproduksi kaos-kaos yang berisi anekdot dari berbagai suku yang ada di Provinsi Bengkulu. Usaha tersebut ia beri nama SLE, yang tak lain adalah sebuah kata daerah Bengkulu.
Diceritakan Bagus, SLE ini memiliki arti berbeda atau unik. Nama ini dipilih karena sangat sesuai untuk menggambarkan usaha kreatif miliknya, yang memang berbeda dari usaha lainnya. Dan terbukti, usaha kaosnya itu berhasil.
Dengan keberhasilan itu, ia akhirnya mencoba merambah usaha di bidang kuliner. Pada tahun 2012, ia meluncurkan Teh SLE. Teh ini berbeda dari teh biasa. Bagus memanfaatkan rempah-rempah asli Bengkulu yang dipadukan dengan teh.
Tak berhenti sampai disitu, ia terus bereksperimen dan mengeluarkan produk kuliner baru yakni kopi SLE. Sama dengan teh SLE, kopi itu juga dikombinasikan dengan rempah-rempah asli Bengkulu, seperti kulit manis, kulit jeruk, kembang lawang, kapulaga, jahe, kulit manggis dan gula aren.
Animo masyarakat yang baik dengan kehadiran SLE di Bengkulu, membuat SLE membuat macam-macam kuliner lainnya. Misalnya nasi goreng Vietnam ala SLE, mie goreng SLE, mie rebus SLE, dan pisang goreng SLE dengan berbagai varian.
"Seluruh makanan di SLE kecuali pisang goreng berbeda dengan makanan kebanyakan, karena untuk setiap makanan dicampur dengan terasi," kata Bagus.
Kini, usaha milik Bagus itu pun mulai dikenal di kalangan wisatawan internasional. Hal ini terbukti dengan beberapa kali kunjungan para turis ke Bengkulu yang menyempatkan untuk berkunjung ke kedai tersebut. Mereka bahkan mencicipi kuliner SLE dan membeli kaos-kaos produk SLE
"Di antaranya para turis itu berasal dari Belgia. Turis itu tau dari media sosial dan ada juga yang tahu dari temannya dari media sosial," kata Bagus.
Tak hanya itu, kopi SLE berhasil membuat penikmat kopi yang berasal dari Bali untuk terbang ke Bengkulu. Tak tanggung-tanggung kopi racikan Bagus dihargai berkali-kali lipat dari harga aslinya.
"Harga kopi ini kan Rp 10 ribu tapi dibayar Rp 150 ribu. Karena orang Bali itu menganggap kopi itu mantap, kopi yang ada di Hotel Bintang 5 saja lewat," kenangnya.
Selain aneka produk yang unik, lokasi SLE juga sangat strategis karena berada dikawasan wisata Pantai Panjang. Produk yang dihasilkan SLE sangat ekonomis. Untuk seluruh kuliner dibandrol dengan harga Rp.10.000 kecuali nasi goreng Vietnam yang dihargai Rp.15.000. Untuk Kaos SLE dijual mulai dari harga Rp.40.000-Rp. 125.000.
"Kaos dijual seharga Rp. 40.000 biasanya ketika SLE sedang promo. Pembelian kaos dengan jumlah banyak akan mendapat potongan harga.Dan untuk kuliner, SLE menerima delivery dengan minimal pemesanan untuk 10 paket," jelas Bagus.
Selama sembilan tahun berdiri, SLE telah banyak memiliki pelanggan. Kebanyakan dari pelanggan ini mengenal SLE pertama kali lewat cerita dari mulut ke mulut. Namun pelayanan dari Bagus sendirilah yang membuat para pelanggan selalu kembali ke SLE.
"Di SLE pembeli bukan seorang raja, melainkan seorang kekasih. Sehingga cara melayani mereka juga berbeda. Dan dari sanalah, SLE membuat para pembeli selalu kembali seperti pulang ke rumah sendiri," jawab Bagus ketika ditanya rahasianya menjalankan SLE.
Kedepannya Bagus berharap, SLE menjadi salah satu icon masyarakat Bengkulu yang kemudian menginspirasi masyarakat Bengkulu untuk memulai usaha yang mengusung budaya lokal. Disela-sela guyonannya Bagus juga berharap pemerintahan yang ada di Bengkulu mau mampir ke SLE sekedar mencicipi kopi khas SLE. [Valentina Edellwiz]