BENGKULU, PB - Satuan Kerja (Satker) Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) Provinsi Bengkulu memberikan apresiasi kepada Pemerintah Kota atas upayanya dalam membangun dunia pariwisata. Salah satu yang dimonitor penuh dan menjadi catatan khusus adalah Festival Bengkulu Tempo Dulu di kawasan Kampung Tiongha, baru-baru ini.
Baca juga : Di Wisata, Kita Berjaya
Kepala Satker PBL Provinsi Bengkulu, Arbani, mengatakan, Festival Bengkulu Tempo Dulu memberikan perspektif kepada pihaknya bahwa Pemerintah Kota memiliki tekad yang kuat dalam mengembangan kawasan wisatanya. Setelah menyaksikan kekompakkan warga Tionghoa dalam Festival Bengkulu Tempo Dulu, ia yakin Bengkulu bisa menjadi Bali kedua di Indonesia.
Baca juga : Kerja Keras Menata Pariwisata
"Kawasan Kampung Cina ini merupakan kawasan penyangga wisata Benteng Malborough. Artinya pemerintah pusat punya kepedulian agar bagaimana kawasan ini kita revitalisasi. Suasana tempo dulu akan kita hadirkan disini. Tapi dengan konstruksi yang baru tanpa merubah bentuk aslinya. Dukungan seluruh warga Tiongha disini menjadi nilai plus tersendiri," kata Arbani kepada Pedoman Bengkulu.
Ia menjelaskan, pada tahap awal, pihaknya sudah mengusulkan anggaran sebesar Rp 7 miliar untuk merevitalisasi kawasan Kampung Tionghoa tersebut. Anggaran ini, lanjutnya, berasal dari dana APBN yang juga ditujukan untuk pengembangan kawasan Kampung Tionghoa lainnya yang ada di Indonesia seperti di Pacitan, Jakarta dan Bandung.
Baca juga : Tahun Baru, Kota Bengkulu Dibanjiri Wisatawan
"Untuk tahap pertama kita usulkan Rp 7 miliar khusus untuk perkampungan Tionghoa ini saja. Anggarannya sudah kita usulkan masuk dalam APBN Perubahan 2016. Kalau belum lolos kita perjuangkan lagi untuk masuk dalam APBN tahun 2017. Kalau dari Rp 7 miliar ini kita berhasil, bukan tidak mungkin pada periode berikutnya dikucurkan lagi Rp 70 miliar," imbuhnya.
Arbani memaparkan, kawasan Kampung Tionghoa merupakan kawasan penyangga utama dari Benteng Malboruogh, destinasi wisata paling bersejarah di dunia. Ia membeberkan, pihaknya telah memiliki desain yang utuh dalam merevitalisasi Kampung Tionghoa ini.
Baca juga : Nawacita Pariwisata Masih Sebatas Cita-cita
"Gerbang bangunan yang ada disini semua akan diseragamkan. Ada tempat untuk pejalan kaki dan pondok-pondok tempat beristirahat yang menyajikan kuliner, kopi dan sebagainya. Dengan semangat ini, upaya untuk menumbuhkan masyarakat yang sadar wisata menjadi penting. Karena setelah semua aset ini kita bangun harus dipelihara dengan baik dan dimaksimalkan lagi dengan peran pemerintah daerah," tukasnya.
Agar rancangan ini tidak meleset, tambah Arbani, dalam waktu dekat ia telah menginiasi adanya seminar daerah yang akan mengundang Kementerian Pariwisata serta seluruh kepala daerah di Provinsi Bengkulu. Seminar ini diharapkan dapat menunjuk seorang koordinator yang akan memimpin seluruh kerja-kerja pengembangan pariwisata di Provinsi Bengkulu.
Baca juga : Soal Pariwisata, RM Lakukan 3 Hal Ini
"Jadi anggaran pembangunan daerah wisata ini kita kembangkan bersama-sama. Semua ikut menyumbang, dari Mukomuko sampai Kaur. Proyek ini kita mulai di waktu yang sama dan titik yang disepakati bersama. Sambil menanti upaya ini, kita terus melakukan aksi seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Kota ini," demikian Arbani.
Sebelumnya, setelah sempat absen malam sebelumnya, Wali Kota Helmi Hasan ikut menyaksikan Festival Budaya Tempo Dulu di Kampung Tionghoa, Minggu (13/3/2016). Helmi datang bersama Kapolda Bengkulu Brigjen Pol M Ghufron, Wakil Gubernur Rohidin Mersyah, serta unsur segenap komponen warga masyarakat Bengkulu lainnya. [RN]