JAKARTA, PB - Data Direktorat Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan menyebutkan pada tahun ini ada 11 provinsi yang ditetapkan sebagai wilayah kejadian luar biasa (KLB) penyakit demam berdarah (DBD). Salah satunya adalah Provinsi Bengkulu.
Baca juga: Tinjau DBD, Komisi IX DPR RI ke Bengkulu
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI, Oscar Primadi menerangkan sepanjang bulan Januari dan Februari 2016, kasus DBD yang terjadi di wilayah yang bersatus KLB DBD ini tercatat sebanyak 492 kasus pada Januari dengan jumlah kematian mencapai 25 orang. Sedangkan pada Februari tercatat sebanyak 116 kasus dengan jumlah kematian 9 orang.
"Hasil data tersebut menunjukan adanya penurunan KLB di Indonesia sepanjang bulan Januari-Februari 2016," kata Oscar, dalam siaran pers-nya, Selasa (8/3/2016).
Secara total se-Indonesia, lanjutnya, Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah penderita DBD di Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 8.487 orang penderita DBD dengan jumlah kematian 108 orang. Golongan terbanyak yang mengalami DBD di Indonesia pada usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai 33,25%.
"Masyarakat diminta untuk tetap waspada terhadap penyakit DBD mengingat setiap tahun kejadian penyakit demam berdarah dengue di Indonesia cenderung meningkat pada pertengahan musim penghujan sekitar Januari, dan cenderung turun pada Februari hingga ke penghujung tahun," jelasnya.
Lihat juga: Tangani DBD, Pemprov Bentuk Tim dan Pasien DBD Bisa Langsung ke IGD
Untuk diketahui, status KLB DBD dinyatakan bila jumlah kasus baru DBD dalam periode bulan tertentu menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibandingkan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya. Selanjutnya, kasus DBD muncul di daerah yang sebelumnya belum pernah terjadi. Dan terakhir, angka kematian DBD dalam kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
Oscar melanjutkan, terjadinya KLB DBD di Indonesia berhubungan dengan berbagai faktor risiko. Pertama, lingkungan yang masih kondusif untuk terjadinya tempat perindukan nyamuk Aedes. Kedua, pemahaman masyarakat yang masih terbatas mengenai pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus.
Ketiga, perluasan daerah endemik akibat perubahan dan manipulasi lingkungan yang etrjadi karena urbanisasi dan pembangunan tempat pemukiman baru. Terakhir, meningkatnya mobilitas penduduk.
"Untuk menekan terjadinya KLB DBD, perlu membudayakan kembali PSN 3M Plus secara berkelanjutan sepanjang tahun dan mewujudkan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik," pungkasnya. [GP]
Wilayah KLB DBD
No | Provinsi | Kab/Kota |
1 | Banten | Kabupaten Tangerang |
2 | Sumatera Selatan | Kota Lubuklinggau |
3 | Bengkulu | Kota Bengkulu |
4 | Bali | Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar |
5 | Sulawesi Selatan | Kabupaten Bulukumba, Pangkep, Luwu Utara, Wajo |
6 | Gorontalo | Kabupaten Gorontalo |
7 | Papua Barat | Kabupaten Kaimana |
8 | Papua | Kabupaten Mappi |
9 | NTT | Kabupaten Sikka |
10 | Jawa Tengah | Kabupaten Banyumas |
11 | Sulawesi Barat | Kabupaten Majene |