JAKARTA, PB - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Budi Waseso menyampaikan kerusuhan berujung pembakaran rumah tahanan negara (Rutan) Malabero memang telah direncanakan oleh sejumlah narapidana kasus narkotika.
"Ini kerusuhan sudah direncanakan. Karena barang bukti banyak. Nah itu dia bakar. Maksudnya, dia mau bakar barang bukti, tapi terbakar yang lainnya," ujar Budi Waseso, di Kantor BNN, Jakarta Timur, Senin (28/3/2016).
Mantan Kabareskrim yang akrab disapa Buwas ini melanjutkan, kerusuhan itu dipicu kala BNN melakukan pengembangan dan penangkapan terhadap para pelaku di jaringan lapas Bengkulu. Dimana awalnya, tim BNN menangkap tersangka bernama Fery yang mengedarkan 5 gram paket narkotika jenis sabu di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu.
Fery ini mengaku mendapatkan sabu dari seorang perempuan bernama Wayan yang merupakan istri dari Aseng, seorang narapidana yang mendekam di Rutan Malabero. Setelah diselidiki BNN bersama kepolisian daerah, pasangan suami istri ini terbukti beroperasi dalam jaringan narkotika dan ditangkap saat melakukan pengedaran.
"Setelah kami lakukan penangkapan, kami kembangkan. Kami menemukan informasi dari yang bersangkutan, ada beberapa pelaku yang ada di dalam lapas itu. Karena mengetahui ada penggeledahan dan penangkapan tadi, para tahanan melakukan perlawanan," jelas Buwas.
Baca juga: Geledah LP Malabero, BNN: Ada Sabu di Dalam Lemang
Hal ini lantaran para tahanan tersebut hendak menghilangkan barang bukti yang ada di dalam lapas, tepatnya di kamar nomor 04. Kamar ini pula yang menjadi pusat terjadinya pengedaran dan penyimpanan sabu tersebut. Dengan demikian, Buwas membantah pernyataan yang mengatakan bahwa perlawanan terjadi sebagai bentuk reaksi spontanitas belaka.
"Bukan seperti yang dikatakan di televisi, reaksi spontan. Tidak. Karena ini direncanakan oleh para napi jaringan itu, supaya waktu (penggeledahan) yang kedua dia tidak terungkap secara utuh," ungkapnya.
Dia menegaskan, perlawanan ini membuktikan bila jaringan peredaran narkotika di penjara sangat kuat. Karena selama ini mereka terbentuk kekuatan di dalam lapas. Terlebih lagi, BNN bersama Polri/TNI dan Kemenkumham menggencarkan operasi narkoba di lapas.
(Lihat juga: 50% Peredaran Narkoba Dikendalikan Dari Lapas)
"Ini juga menunjukkan bahwa perlawanan para napi ini sebagai wujud provokasi mereka terhadap jaringan-jaringan mereka yang ada di lapas untuk contoh para napi lain di lapas itu untuk melakukan perlawanan. Jadi ini publikasi mereka kepada napi lainnya, karena mereka disana nonton televisi juga. Bahwa mereka harus melakukan perlawanan, karena mereka sudah mulai terancam," pungkasnya. [GP]