JAKARTA, PB - Kebutaan masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah Glukoma. Di Indonesia, Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua setelah katarak. Data terakhir dari Riskedas 2007 menunjukkan prevelansi penderita Glaukoma di Indonesia adalah 4,6 per 1000 penduduk. Oleh karena itu, Glaukoma kerap disebut sebagai si pencuri penglihatan.
Salah seorang dokter dari RSCM Jakarta, Virna Dwi Oktariana, mengatakan Glaukoma adalah penyakit yang berhubungan dengan kelainan syaraf pandang yang diakibatkan oleh tekanan tinggi pada bola mata yang dapat menyebabkan kerusakan syaraf mata dan kebutaan.
"Banyak pasien yang tidak menyadari bahaya dari penyakit ini, sehingga banyak yang datang dalam keadaan buta akibatnya kami tidak bisa bantu," jelasnya.
Penyakit ini memang tidak bisa disembuhkan. Tapi Vina menegaskan penyakit ini bisa dicegah (preventable). Hal ini lantaran belum ditemukan obat yang bisa mengembalikan syaraf yang mati.
Lebih lanjut, ia menerangkan, Glaukoma secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni Glaukoma Primer dan Glaukoma Sekunder. Glaukoma Primer yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor umur, riwayat keluarga (keturunan) dan bersifat kronis (mendadak).
"Sementara Glaukoma sekunder disebabkan oleh trauma, obat, peradangan bola mata, katarak hipermatur (Katarak yang tidak kunjung dioperasi-red) dan penyakit sistemik seperti diabetes, hipertensi, anemia berat," ungkapnya.
Vina menyampaikan pengobatan Glaukoma dijamin dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Karena itu, masyarakat dapat melakukan deteksi dini dan pengecekan ke fasilitas kesehatan yang memiliki poli klinik mata.
"Pemeriksaan mata yang sederhana sendiri bagaimana tajam penglihatanya, bagaimana tekanan bola matanya, bagaimana syaraf matanya dan bagaimana lapang pandangya," tuturnya.
Menurut Virna, cara sederhana untuk mengecek Glukoma adalah dengan membandingkan luas pandang mata sebelah kanan dan kiri. Bandingkan mata kanan dan mata kiri dilihat sama luasnya atau tidak. Kalau luas pandangannya sama berarti tidak apa-apa.
"Tapi bila berbeda berarti harus hati-hati," kata dia. (Baca juga: Tips Jaga Kesehatan Mata). [GP]