KISAH cinta di Kota Verona, Italy tahun 1303 seringkali diagungkan sebagai kisah cinta sejati. Kisah cinta Romeo dan Juliet yang ditulis Wiliam Shakerspeare sebagai perlambang cinta sejati bagi kaum romentik ternyata penuh dengan kekurangan. Romeo dan Juliet adalah kisah cinta patah arang yang menemui kematian, cinta keduanya tak pernah teruji melewati kesulitan hidup, seperti kesetiaan yang ditunjukkan Basrih dan Hamsiah di Bengkulu Selatan.
Apdian Utama, Bengkulu Selatan
Pasar Kutau, Manna menjadi saksi cinta kasih dan kesetiaan pasangan suami isteri yang sudah Kakek-Nenek ini. Adalah Basrin dan Hamsiah yang hidup bersama dalam rumah tangga selama 60-an tahun. Tidak diketahui dengan persis berapa umurnya, namun diperkirakan umur sang Nenek Hamsiah 76 tahun dan Sang Kakek Basrin alias King 83 tahun. Maklum saja, zaman dahulu orang banyak yang belum paham penanggalan atau kalender.
Di usia senja, Basrin tak mau berdiam diri di rumah. Meskipun anak-anaknya terbilang sukses. Mereka tetap mencari kesibukan dengan berjualan aneka rokok dan tembakau di Pasar Kutau. Rutin tiga hari dalam satu minggu dia berjualan di Pasar Kutau, yakni setiap hari Selasa, Jumat, dan Minggu. Tak ketinggalan, sang isteri tercinta Nenek Hamsiah selalu setia mendampinginya.
Tampak tidak ada respon dan jawaban saat pedomanbengkulu.com menyapa dan berbincang dengan kakek Basrin di lapak tempatnya berjualan. Untung saja Nenek Hamsiah menghampiri. Akhirnya baru paham, ternyata indera pendengar Kakek Basrin sudah rusak. Sebenarnya antara pendengaran Hamsiah dan Basrin sudah sama-sama terganggu. Hanya saja indera pendengaran Hamsiah lebih bagus dari suaminya. Sehingga pedomanbengkulu.com agak terkendala saat wawancara.
"Apa cung (cucu-red). Mau beli rokok?," tanya Hamsiah.
Setelah mendengar penjelasan dari pedomanbengkulu.com barulah Hamsiah bercerita singkat tentang perjalanan hidupnya dengan suaminya Basrin. Menurutnya, dari pernikahannya dengan suaminya dikarunia sembilan orang anak.
"Alhamdulillah sembilan orang anak kami itu sudah menikah semua. Saya sangat bersyukur bisa mendidik dan membesarkan mereka. Hingga anak-anak kami bisa seperti sekarang ini. Anak saya ada yang di Jakarta, Bengkulu, juga ada yang di Manna. Ada yang Wira Swasta, PNS, Guru. Juga ada yang di Pemda, kalau yang di Pemda saya kira wartawan pasti kenal," cerita Hamsiah yang tinggal di Simpang Rukis Manna ini.
Usut punya usut, ternyata salah seorang anaknya yang bekerja di Pemda Bengkulu Selatan yakni A Haris, yang tak lain adalah Kasubag Humas Setda. Sesuai dengan jabatannya, Selaku Kasubag Humas A Haris atau yang akrab dipanggil Cik Ong tentunya tidak asing bagi insan pers.
Lanjut Hamsiah, sejak baru-baru berumah tangga mereka memang berprofesi sebagai pedagang. Dia memiliki toko manisan di simpang Rukis. Karena pada saat itu ada pelebaran jalan raya, akhirnya toko miliknya dibongkar. Sejak itulah dirinya dan suami berjualan di Pasar Kutau.
Bukan hanya berjualan, pasangan suami isteri ini juga sering melaksanakan ibadah selalu berdua. Termasuk pada saat kedua Kakek-Nenek ini berangkat menunaikan ibadah haji pada tahun 2008 lalu.
"Mudah-mudahan saja, nanti kami berdua ini bisa terus bersama hingga di akhirat nanti. Aamiin!," doa Hamsiah.
Tentu ada banyak kisah romantik seperti Basri dan Hamsiah yang dapat menggungah nurani. Kisah cinta keduanya hanya mewakili satu dari 1001 kisah cinta yang nyata dan agung melampaui ilusi Romeo dan Juliet. Bahwa dalam menjalani kehidupan rumah tangga harus seiring sejalan, seiya sekata dengan kasih sayang tiada tara hingga akhir masa. Seperti pepatah orang serawai, Serasan seijoan, Sekundang Setungguan, Sease seijean. (Apdian Utama)