JAKARTA, PB - Menteri Pariwisata Arief Yahya menyambut positif rencana Gubernur Ridwan Mukti untuk menjadikan Bengkulu sebagai destinasi wisata. Terlebih lagi, pemerintah saat ini mengejar target 20 juta wisatawan pada 2019 mendatang.
Dia juga memastikan untuk mendukung event Festival Tabot dan Festival Bumi Raflessia yang akan diadakan Bengkulu tahun ini. Bahkan, ia merencanakan untuk memasukkan kedua festival ini pada kalender event besar sesuai harapan DPR RI dan Gubernur Bengkulu.
Dukungan besar ini diberikan Menpar lantaran pariwisata adalah masa depan. Dan Bengkulu memiliki potensi pariwisata yang sangat besar. Misalnya wisata sejarah seperti Benteng Marlborough, Rumah Bung Karno, dan lainnya. Wisata andalan lainnya adalah pantai Panjang yang memiliki pasir putih yang indah dan bersih.
"Agriculture itu revolusi di Gelombang I, lalu disusul Revolusi Industri atau manufacture di Gelombang II. Dan Teknologi informasi di Gelombang III. Saat ini kita sedang memasuki pintu masuk Gelombang IV, Revolusi Creative Industry, atau Cultural Industry," jelas Menpar Arief Yahya, dikutip dari Poskota, Senin (28/3/2016).
Dengan demikian, lanjut mantan Bos Telkom ini, pertanian dan Industri Manufacture itu masa revolusi yang sudah dan sedang lewat. Untuk market domestic atau kepentingan nasional, Indonesia tidak boleh kesana.
"Soal industry pabrikan, sudahlah kita pasti kalah bersaing dengan China. Laki-laki ciptaan Tuhan, Perempuan juga ciptaan Tuhan! Selebihnya, made in China," candanya.
Lihat juga: Komisi X DPR-RI Dorong Pariwisata Bengkulu
Sebelumnya, Ridwan Mukti meminta agar pemerintah pusat membantu pembangunan infrastruktur yang terkait dengan pariwisata di provinsi Bengkulu. Hal ini diungkapkannya saat Komisi X mengunjungi Bengkulu beberapa waktu yang lalu.
"Dibutuhkan strategi kuat untuk melompat maju. Pariwisata adalah jalan paling masuk akal untuk memajukan ekonomi rakyat. Kami mohon objek wisata di Bengkulu lebih banyak dipromosikan ke depan,” kata Ridwan. [GP]