MENGALAMI cacat secara fisik, tidak membuat Samsuharmin (48) berputus asa dalam menjalani hidup. Pun juga dia memilik prinsip bahwa hidup adalah perjuangan. Samsuharmin sadar bahwa tak ada keberhasilan yang tiba-tiba jatuh dari langit, semuanya dari hasil kerja tangan dan doanya untuk menghidupkan keluarganya.
APDIAN UTAMA, Bengkulu Selatan
Perjuangan adalah prinsip yang mengilhami Bapak dengan lima anak ini, meskipun kaki kanannya lumpuh total tidak terbesit di hatinya untuk mengemis. Dia memilih menjadi tukang sol sepatu keliling untuk menafkahi lima orang anak dan satu orang istrinya yang juga tuna wicara (bisu).
Mengawali rutinitas setiap harinya Min, sapaan Samsuharmin, sekira pukul 08.00 WIB dengan dibantu tongkatnya, suami dari Sarmili ini meninggalkan rumahnya di RT.4 Keluarahan Gunung Ayu Kecamatan Kota Manna untuk berangkat kerja menjajakan sol sepatu keliling ke kantor-kantor pemerintah.
Karena tidak memiliki sepeda motor, terpaksa Min menyewa jasa tukang ojek untuk mengantarkan ke komplek perkantoran pemerintah. Kebetulan pada hari Senin (7/3/2016), Min menjajakan jasanya di Kantor Bupati Bengkulu Selatan.
Pekerjaan menjadi tukang sol sudah dilakoninya selama leboh dari delapan tahun. Sebelum menjadi tukang sol, dirinya bekerja sebagai buruh kebun. Namun karena fisik dan tenaganya yang tidak mendukung lagi makanya dia beralih menjadi tukang sol keliling.
Dari sanalah dia menghidupi anak dan istrinya. Dengan bermodalkan semir dan peralatan sol seadanya dia mampu menyekolahkan kelima anaknya, meskipun hanya tamat Sekolah Dasar (SD).
"Anak saya lima. Tiga laki dan dua perempuan. Namanya Junaidi, Johan Efendi, Elni, Burhanudin, dan Opta Nur Alisyah. Karena keterbatasan saya, empat orang anak saya hanya sekolah SD. Cuma Opta Nur Alisyah yang saat ini masih sekolah. Kelas 3 SMP Negeri 9 Bengkulu Selatan," tutur pria Kelahiran Desa Pasar Pino Kecamatan Pino Raya ini.
Seluruh kantor pemerintah di Bengkulu Selatan menjadi tempat nongkrong Samsurahmin untuk mengais rezeki. Dia mendatanginya secara bergantian. sasarannya adalah pegawai dan PNS yang bekerja di sana.
"ganti-ganti dek. Hari ini di kantor Bupati, besok misalnya di Kantor Dinas Kesehatan, kantor Dewan. Yang jelas tiap hari pindah-pindah," tandasnya.
Dia merasa bersyukur bahwa saat ini kelima anak-anak yang disayangi telah besar dan bisa membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ketiga anak laki-lakinya yakni Junaidi, johan dan Burhanudin bekerja sebagai buruh bangunan. Sedangkan anak perempuannya Elni tidak bekerja dan Opta masih sekolah. Dari kelima anak Samsurahmin dan isterinya Sarmili alias Iri belum satupun yang menikah. Sehingga menurut Min, meskipun anak-anaknya sudah bisa mencari uang sendiri, secara umum masih menjadi tanggungannya.
"Saya tetap bersyukur meskipun kehidupan saya seperti ini. Penghasilan perhari itu tidak menentu, kadang banyak, kadang sedikit. Tapi kalau dirata-ratakan sekitar Rp 50 ribu per hari. Saya tidak memasang tarif berapa, pegawai-pegawai yang ngesol sepatu itulah yang membuat tarifnya. Saya bilang berapa iklas aja ngasih saya. Tapi rata-rata mereka ngasih Rp 5 ribu sekali ngesol," cerita Min.
Mungkin masih banyak "Min-Min" yang lain di dunia ini. Hal ini menjadi renungan bagi kita semuah, yang sehat dan tidak ada cacat secara fisik, meskinya harus lebih semangat, lebih giat, dan terpenting lebih pandai bersyukur atas anugerah yang Allah SWT berikan. Insya Allah. Amin!