JAKARTA, PB - Pemenuhan gizi melalui breastfeeding (menyusui) ternyata sangat penting. Pasalnya, Air Susu Ibu (ASI) tidak hanya berpengaruh untuk kesehatan fisik bayi. Tapi kecerdasan IQ, juga kesehatan mental. Hal ini disampaikan Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek, dalam sambutannya pada Puncak Peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) ke-56 Tahun 2016.
Menurut Menkes, memberi ASI itu bukan hanya sekedar memberi makan, namun juga stimulasi. Karena tentu pasti ada interaksi kasih sayang yang terbangun di antara ibu dan anak saat breastfeeding dilakukan.
"Menggendong, kemudian membelai itu memberi kedamaian pada jiwa anak. Saya kira ada korelasinya, dengan kasih sayang ini bisa terjadi. Tapi tanpa ASI, disajikan dalam botol, dan yang memberikan juga bukan ibunya, bagaimana tali kasih bisa terjadi," tutur Nila.
Karena itu, ia menegaskan ada keterkaitan antara menyusui dengan kesehatan mental anak. Terlebih bila dikaitkan dengan peluang bonus demografi di tahun-tahun ke depan, pemberian ASI menjadi penting untuk menciptakan generasi yang baik.
"ASI ini merupakan jasa para wanita untuk menjadikan generasi negara kita menjadi generasi yang baik nantinya, generasi yang bisa berkompetisi di dunia dan negara lain di kancah global," ucapnya kemudian.
Menkes menambahkan keberhasilan ASI Eksklusif di Indonesia merupakan keberhasilan dari semua pihak. Namun bagaimanapun juga dukungan dan upaya keras tetap harus ditingkatkan. Selain itu, ia menyerukan kepada para wanita ASI tetap yang terbaik.
"Saya mendorong dan sangat berterima kasih kepada semua pejuang-pejuang ASI yang telah berupaya untuk memperbaiki generasi kita," tandasnya.
Setiap ibu dan anak di manapun dan dalam situasi apapun, akan memperoleh manfaat dari praktek menyusui yang optimal. Publikasi riset terbaru di The Lancet semakin memperkuat bukti yang ada tentang manfaat menyusui yang sangat besar bagi anak-anak dan wanita di negara maju dan berkembang.
Kabar gembira bagi para ibu di Indonesia, lanjut Nila, jurnal The Lancet Breastfeeding Series 2016 mempublikasikan ASI Eksklusif di Indonesia telah mencapai 65%. "Di kebanyakan negara angka menyusui eksklusif bagi bayi usia di bawah 6 bulan masih jauh di bawah 50%, yang merupakan target World Health Assembly (WHA) untuk 2025," pungkasnya. [GP]