BENGKULU SELATAN, PB - Dusun Air Kiliran secara administratif merupakan bagian dari Desa Bandar Agung Kecamatan Ulu Manna. Ada 65 KK yang menetap di sana. Jauh dari kemegahan kota, tanpa listrik, tanpa sinyal handphone, apalagi internet, koran, bahkan tidak ada fasilitas kesehatan dan tidak ada sekolah di sana. Saking terisolirnya wilayah itu, selama 65 tahun terakhir, dusun itu tidak pernah dikunjungi pejabat setingkat Bupati atau Wakil Bupati, apalagi Gubernur dan Wakil Gubernur.
Namun, di balik itu semua, Air Kiliran menyimpan potensi pertanian yang menakjubkan. Tidak kurang dari 200 hektare hamparan persawahan di sana. Menariknya lagi, petani di sana masih menggarap lahan sawahnya secara tradisional. Tanpa sentuhan pupuk-pupuk kimia, tanpa herbisida, pestisida, dan insektisida. Dan tentunya sangat jauh dari kandungan Cadium (Cd) yang pernah diisukan. Pokoknya natural alias alami.
Setelah 65 tahun tidak tersentuh oleh pemerintahan, akhirnya pada sabtu (19/3/15) kampung itu akhirnya bertamu seorang Wakil Bupati (Wabup) Bengkulu Selatan Gusnan Mulyadi. Wabup dan rombongan tiba di sana pukul 18.30 WIB. Akhirnya, Gusnan memutuskan bermalam di beranda rumah salah seorang warga. Agenda utama Wabup ke sana yakni memenuhi undangan panen raya dari kelompok tani Cahaya Baru.
"Kami sangat bersyukur Pak Wakil Bupati bisa datang ke dusun kami. Karena sudah 65 tahun dusun kami ini belum pernah didatangi Bupati atau Wakil Bupati. Selama ini, mungkin ada warga yang tidak kenal mukanya Bupati dan Wakil Bupati itu seperti apa," terang Ketua Kelompok Tani Cahaya Baru Gusti Raswan.
Lain halnya dengan Wamadra, tokoh masyarakat setempat sangat berharap dengan kehadiran Wabup bisa mengetuk hati pemerintah untuk membangun akses jalan di sana. Karena menurutnya hal tersebut sangat diperlukan sebagai sarana untuk mengangkut hasil pertanian mereka.
Sementara itu, Gusnan Mulyadi merasa terharu melihat kondisi perkampungan di sana. Meskipun capek setelah menempuh perjalanan kaki selama empat jam, naik turun bukit dan tiga kali menyeberangi sungai, akhirnya Gusnan melihat adanya peluang ekonomi yang terpendam di sana. Dan mendengar langsung keluhan warga Air Kiliran yang nyaris 'hilang dari peta'.
"Malam harinya kami menggelar tatap muka dengan masyarakat di sanan. Setelah bermalam di sana, Minggu (20/3/16) pukul 07.00 kami langsung mengelilingi sudut demi sudut dusun Air Kiliran. Kemudian diteruskan dengan panen raya. 200 hektare sawah dengan pola tanam alami jauh dari bahan kimia menghasilkan padi organik yang berpotensi dipasarkan ke luar daerah bahkan nasional," pungkas Gusnan. (Apdian Utama)