Rizki Wulandari*
Remaja ialah proses perubahan psikologi atau perkembangan manusia dari kanak – kanak menuju masa dewasa . Pada perkembangan ini, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik itu berdampak positif ataupun berdampak negatif . Pada era globalisasi sekarang ini, perkembangan teknologi semakin cepat saja berkembang . Dalam perkembangan teknologi, internetlah yang menjadi faktor penting dalam perkembanganya, juga ditambah perkembangan alat komunikasi dan elektronik seperti gadget yang membuat manusia semakin dekat saja dengan alat – alat komunikasi yang memudahkan untuk menjelajahi internet.
Saat ini 90% Pengguna internet (Netizen) adalah remaja yang memiliki usia produktif. Lebih dari itu karena kecanduan remaja pada internet, maka tak jarang mereka menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengakses internet. Hal ini menjadi salah satu factor utama yang mempengaruhi gaya hidup remaja. Memang internet membawa banyak kemudahan bagi kehidupan manusia. Namun, seperti Yin dan Yang, selalu ada ''sisi hitam'' yang mengimbangi ''sisi putih'' pemanfaatan internet.
Menurut seorang Psikiater dari rumah sakit Priory, Roehampton, Natasha Biljani, menuturkan tentang resiko yang ditawarkan internet terhadap kesehatan mental generasi muda. Menurutnya, internet membawa fenomena penindasan dan keterbukaan seksual yang berdampak negatif. Semua itu dimungkinkan oleh dua hal, yakni akses informasi yang luas dan komunikasi anonim. Netizen secara bebas menindas seseorang yang tak ia sukai melalui internet dengan identitas disamarkan. Ini yang disebut kejahatan maya. Netizen juga bisa membagi gambar-gambar ''mesum'' dirinya ke teman kelompok atau orang terpercaya. Lalu kemudian foto-foto itu dengan mudah tersebar luas dan lagi-lagi dijadikan objek penindasan massal.
Kemungkinan lain, banyaknya foto-foto ''terbuka'' yang bisa diakses di internet memicu para remaja yang masih labil untuk turut menyebar gambar diri mereka. Saat ini, foto mesra remaja yang tengah dilanda kasmaran dengan sang pacar, foto dengan pose-pose yang tidak seronok, serta video-video yang tidak layak banyak bertebaran disosial media manapun. Seakan para remaja berlomba-lomba menjadi eksis ala mereka. Mereka barangkali tak sadar bahwa tiap file yang dimasukkan ke internet bisa diakses dan disimpan oleh semua orang. Apa yang dibanggakan hari ini mungkin bakal jadi aib di kemudian hari. Selain itu banyak Netizen yang akhirnya mengalami depresi, cemas atau bahkan stress terhadap tindakan bully yang sering kali didapatkan dari akun-akun media yang mereka miliki.
Selain itu banyak remaja yang justru lebih percaya bercerita tentang masalah- masalahnya pada status- status yang berisi keluhan, cacian, bahkan aib diri dan keluarganya. Tidak hanya itu, saat ini banyak sekali remaja yang suka mengikuti trend-trend aneh yang ada di dunia maya. Seperti yang disinyalir berita bahwa akhir-akhir ini media sosial ditanah air dikejutkan dengan aksi pasangan remaja yang berniat menunjukkan kesetiaan cintanya dengan aksi mencium ketiak pasangannya. Hal ini lantas menjadi sorotan media internasional, tak hanya media sosial di Indonesia, portal inggris Daily Mail pun memberitakannya.
Inilah potret hasil budaya sekulerisme yang mendoktrin pemikiran remaja, termasuk remaja islam didalamnya, dimana hal ini dijadikan senjata bagi negara imperalisme untuk merusak pemikiran para remaja. Karena tak dapat dipungkiri remaja adalah salah satu indikasi maju atau tidaknya suatu bangsa. Sehingga apabila telah rusak pemikiran generasi bangsa maka akan sangat mudah pula untuk menghancurkan bangsanya.
Dalam pandangan islam kemajuan sains dan teknologi seperti internet merupakan hadlarah (pandangan hidup) islam yang berbentuk madaniyah yang bersifat umum, dimana ini berarti kemajuan teknologi merupakan milik umat secara universal sehingga boleh diambil dan diamanfaatkan selama tidak bertentangan dengan hukum syara’ (hukum Allah).
Islam juga mengatur bagaimana cara penggunaan media yang tepat, dimana seharusnya media digunakan untuk menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar, serta mencari informasi- informasi yang dapat menambah ilmu dan wawasan, media pula dapat dimanfaatkan untuk mengabarkan berita- berita terbaru tentang kaum muslim diseluruh dunia, dan masih banyak lagi. Jika saja media digunakan secara bijak, maka tidak menutup kemungkinan penyebaran Islam akan terjadi lebih pesat lagi. Inilah salah satu hal yang dapat mengembalikan tegaknya hadlarah islam.
Apabila hadlarah islam kembali berkuasa didunia sebagaimana masa masa sebelumnya, tentu hadlarah ini akan mampu menangani berbagai krisis yang melanda dunia, dan termasuk krisis moral yang melanda kebanyakan kalangan remaja saat ini. Dan hadlarah islam hanya akan kembali jika islam diterapkan secara kaffah dalam bingkai khilafah a’la minhajji nubuwwah. (wallahu a’lam bi ash-shawab).
*Aktivis Muslimah HTI Chapter Kampus Kota Lubuklinggau.