[caption id="attachment_20719" align="alignleft" width="199"] IST - Salah satu PKL di Malioboro Yogyakarta yang gemar membaca sembari menunggu pelanggan[/caption]
BENGKULU, PB - Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil Menengah (UMKM) Kota Bengkulu melibatkan para pedagang kaki lima (PKL) Pantai Panjang dalam kegiatan Gerakan Membaca di Ruang Publik ‘Membangun Kota 1000 Buku, Cerdaskan 1000 Generasi’.
Baca juga : Splash Hotel Sediakan Voucher Nginap Gratis untuk Bangun Kota 1000 Buku
"Sekitar 20 pedagang Pantai Panjang akan kita libatkan dalam Gerakan Membaca di Ruang Publik. Nanti mereka kita tampung dalam stand tersendiri. Sehingga gerakan ini tidak hanya milik mereka yang berada dikalangan sektor formal saja. Tapi juga di sektor informal," kata Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bengkulu, Eddyson, Jum'at (15/4/2016).
Melibatkan PKL Pantai Panjang dalam kegiatan yang diselenggarakan pada peringatan Hari Buku Sedunia 23 April 2016 di taman depan Sport Center atau tak jauh dari plakat merk Pantai Panjang ini, lanjutnya, bertujuan untuk menghidupkan minat membaca di kalangan para pedagang. Diharapkannya, bila minat membaca itu tumbuh, para pedagang mau meluangkan waktunya untuk membaca buku.
Baca juga : Gramedia Sumbang Buku dan Doorprize untuk Bangun Kota 1000 Buku
"Apalagi nanti kalau adik-adik dari Komunitas 1000 Buku yang tergabung dalam Tim Kreatif Media Online bersedia memberikan buku-buku yang memang disukai oleh pedagang untuk dibaca. Sambil mencari nafkah, para pedagang dapat belajar berbagai ilmu pengetahuan dan memperoleh informasi yang bisa mereka gunakan untuk mengembangkan diri dan mendidik anak-anak mereka di rumah," ujarnya.
Ia tak menampik begitu sulit untuk menjumpai adanya pedagang yang memanfaatkan waktunya menunggu pembeli dengan kegiatan membaca. Padahal, menurut dia, di banyak negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Prancis dan Inggris, budaya membaca hampir menjadi kebiasaan seluruh lapisan masyarakatnya.
Baca juga : Honda Arista Dukung Membangun Kota 1000 Buku
"Jadi sebenarnya membaca itu bukan hanya milik pelajar, mahasiswa, birokrat dan insan cendikia saja. Tapi milik pedagang juga, termasuk pekerja, petani dan nelayan. Kalau membaca ini sudah membudaya di semua kalangan, tidak sulit bagi kita untuk mengejar ketertinggalan. Apalagi membaca itu kan bukan hanya buku, tapi juga kitab untuk belajar ilmu agama," imbuhnya.
Eddyson memendam impian, setiap pedagang di Pantai Panjang merupakan orang-orang yang sadar akan informasi. Sehingga, katanya, para pedagang tidak hanya menghabiskan waktunya untuk sekedar mengobrol biasa namun juga dapat memahami perkembangan bangsa dan negara.
Baca juga : PT Kalbe Nutritionals Sumbang Doorprize untuk Membangun Kota 1000 Buku
"Mungkin hasilnya tidak bisa dirasakan secara langsung. Butuh bertahun-tahun menanamkan kegemaran dalam diri seseorang. Makanya kita setuju ini menjadi peringatan Hari Buku Dunia yang diperingati setiap tahun. Tapi dengan catatan tahun depan penyelenggaraannya harus lebih baik," demikian Eddyson.
Acara peringatan Hari Buku Sedunia ini diinisasi oleh Pedoman Bengkulu bekerjasama dengan senator termuda Indonesia, Riri Damayanti John Latief, Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Bengkulu serta Pemerintah Kota Bengkulu. [RN]