Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

GAPKI Keluhkan Kampanye Anti Sawit

Wasekjend GAPKI Pusat Tjokro Putro WibowoBENGKULU, PB - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengeluhkan maraknya kampanye anti sawit yang saat ini masih terjadi di Indonesia. Pasalnya kampanye negatif tersebut berdampak pada produktifitas dan harga kelapa sawit secara langsung.

"Di Jakarta sempat beredar makanan yang berlabelkan palm oil free. Untung Kemendag melalui BPOM langsung mengambil tindakan dan menarik produk itu," kata Wasekjend GAPKI Pusat Tjokro Putro Wibowo, Rabu (27/4/2016).

Selain itu, ia juga membantah kampanye yang mengatakan perkebunan sawit sebagai penyebab utama kebakaran hutan. Menurut data forest global watch, lanjut Tjokro, sepanjang 2016 terdapat 1999 titik api di Indonesia dan 4% hotspot yang berada di kawasan konsesi perkebunan kelapa sawit.

"3% di kawasan logging, 4% di kawasan hutan tanaman industri dan 79% di luar kawasan konsesi kelapa sawit. Dan laporan terbaru, titik api di perkebunan sawit sudah padam semua. Artinya sangat kecil lahan terbakar di lahan sawit," jelasnya.

(Baca juga: Gapki Tolak Moratorium Lahan Sawit)

Dia melanjutkan kampanye negatif itu juga berperan membuat harga komoditas ini anjlok pada tahun 2015 lalu. Bahkan harga CPO sempat turun ke level terendah sejak setengah tahun terakhir. "Semua ini karena kampanye negatif oleh pihak-pihak yang terancam oleh kejayaan pengusaha sawit di Indonesia," jelasnya.

Realitanya, masih dikatakan oleh Tjokro, industri kelapa sawit telah menjadi industri yang strategis dalam memberikan. Bahkan, industri kelapa sawit ini telah berhasil menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.

"Di tahun 2015, ekspor minyak kelapa sawit telah menyumbangkan devisa negara Rp250 triliun. Sementara migas hanya USD 12,5 miliar," ungkapnya.

Untuk Bengkulu, lanjutnyam, berdsarkan catatan statistik Dirjen Perkebunan pada tahun 2015 luas lahan sawit sudah mencapai 301.000 hektar. Dimana 218 ribu hektar sudah berproduksi dan menghasilkan sementara sisanya 83 ribu hektar belum.

"Ini suatu potensi produksi usaha bidang perkebunan sawit yang akan mendorong perekonomian. Karena perkebunan sawit ini berperan penting dalam tenaga kerja. Secara nasional ada 4 juta tenaga kerja yang diserap dari industri ini," pungkasnya. [IC]