BENGKULU, PB - PT Tenaga Listrik Bengkulu (TLB) segera akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Desa Teluk Sepang, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu. Pembangkit listrik swasta atau Independent Power Producer (IPP) tersebut akan segera menandatangani agreement pembangunan tersebut pada 18 April 2016 ini.
"Ini bukan baru wacana tapi sudah ada pengikatan kerjasama dengan PT PLN, PLN sudah kontrak dengan investor swasta tersebut untuk membeli listrik yang dihasilkan oleh PLTU tersebut," jelas Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Bengkulu, Iskandar ZO, Kamis (14/4/2016).
Dia mengatakan PLTU tersebut akan menghasilkan daya sebesar 2 X 100 Mega Watt (MW). Menurutnya, daya tersebut cukup signifikan untuk membangkitkan industri-industri baru
di provinsi ini.
"Penandatanganan agreement-nya nanti antara PT TLB dengan Pelindo selaku pemilik lahan dan PT PLN selaku pembeli," jelas mantan Kepala BLH Provinsi Bengkulu ini.
Untuk diketahui, kontrak pembelian daya yang dihasilkan oleh PLTU yang dibangun PT TLB ini sudah dilakukan sejak 25 November 2015 lalu. Dimana, PLTU ini adalah bagian dari proyek pembangunan pembangkit sebesar 35.000 MW yang dicanangkan pemerintahan Jokowi - JK.
PLTU ini akan dikembangkan oleh Sinohydro Hongkong (Holding) Limited (70%) dan PT Intraco Penta, Tbk (30%). Keduanya merupakan perusahaan yang mensponsori PT TLB. Pendanaan proyek yang diperkirakan menelan biaya hingga USD 360 juta ini diupayakan berasal dari ekuitas PT TLB dan pinjaman luar negeri, mengingat proyek ini tidak dijamin oleh pemerintah RI.
Pekerjaan konstruksi PLTU Bengkulu Unit 1 diperkirakan memakan waktu 36 bulan, sehingga dijadwalkan dapat beroperasi pada 2019, sementara Unit 2 tiga bulan setelahnya. Pembangkit ini akan mensuplai energi listrik ke Sistem Sumatera sebesar ± 1400 GWh per-tahun.
Terpisah, Kepala Satuan Komunikasi Korporat Bambang Dwiyanto mengatakan secara keekonomian, PLTU Bengkulu layak untuk dibangun karena jika dibandingkan dengan biaya pokok produksi di Sistem Sumatera. Proyek ini akan memberikan penghematan sekitar Rp 1,7 Triliun per-tahun.
"Secara sistem, proyek ini diperlukan untuk memperkuat sistem kelistrikan di Sumatera khususnya di Provinsi Bengkulu," jelasnya.
Selain itu juga meningkatkan pemanfaatan batubara guna mengurangi penggunaan BBM dan fosil terutama dalam hal produksi tenaga listrik. Untuk mempertahankan kondisi lingkungan, pengembang juga diwajibkan melakukan upaya-upaya dalam rangka memenuhi standar lingkungan hidup. [IC]