Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Suminah, Pemilik Megasouvenir Raih Penghargaan Upakarti

1446574sepatu-pisang-2780x390BENGKULU TENGAH, PB - Megasouvenir berlokasi di desa Harapan Makmur, Kecamatan Pondok Kubang telah menghasilkan banyak produk kerajinan dan telah dipakai puluhan turis asing. Suminah, adalah pemilik Megasouvenir yang memproduksi kerajinan sepatu, tas, tempat tisu dan topi berbahan dasar kulit pohon pisang yang telah dikeringkan. Menariknya, UKM yang dimulai pada 2009 silam ini telah di festivalkan di kota-kota besar di Indonesia.

"Sejak 2009 buatnya (dirintis-red), 2012 sudah dikenal di televisi. Waktu itu TVRI, (acara) Pelangi Desa. Selanjutnya mulai dapat undangan trans TV, Trans 7, SCTV," tutur Suminah.

Suminah sendiri telah dianugerahi Duta Mutiara Bangsa Berhasanah dari Kementerian Perindustrian dan Ekonomi Kreatif RI, bersama 12 anggota lain dari berbagai bidang. Suminah, satu-satunya perempuan di keanggotaan Duta Mutiara Bangsa yang bekerja sama dengan Bank BNI Syariah.

"Saya tidak masalah jika ada yang membuat (memproduksi) karya serupa (kulit pohon pisang-red) karena saya sudah ditunjuk sebagai Duta Mutiara Bangsa Berhasanah Kementerian Perindustrian RI (Kemenperindag dan Ekonomi Kreatif). Kalau mereka (UKM pemula) bisa menghasilkan nafkah dari usaha ini, silahkan," kata Suminah.

Suminah merupakan perintis dan pemilik paten kerajinan kulit pohon pisang di Indonesia. Dia pun membina 12 UKM yang ada di Benteng. Beberapa UKM tersebut ikut diajarkan perihal usaha, dan pembuatan kerajinan berbahan kulit pohon pisang kering.

"Dalam sehari bisa bikin 2 tas rajutan dari kulit pohon pisang. Yang dijual Rp 250 ribu 1 buah. Selain tas ada juga sepatu, yang dijual Rp 350 ribu (perpasang), kalau di festival, saya pasang harga Rp 550 ribu. Namun ada seorang pengunjung yang tidak menawar lagi langsung membeli produk saya. Bahkan ia menganjurkan (produk) sedikit diperhalus, bisa seharga Rp 1 juta, kata pengunjung itu. Saya tambah semangat," kata ibu 3 anak ini.

Usaha yang tekun dari istri Ketua Yayasan Mambaul Ulum, Benteng ini, membawanya menerima penghargaan Upakarti yang dinilai langsung 4 kementerian. Beragam penghargaan itu juga yang membawa dirinya menerima tawaran festival kerajinan nasional di berbagai kota di Indonesia.

"Selain mega souvenir, ada juga anggrek putih disingkat AP, label untuk produk makanan. Nama mega adalah nama putri bungsu saya. Kalau saya gak bisa keluar kota (memenuhi undangan-red), anak laki-laki saya nomor dua yang berangkat," jelas perempuan kelahiran Nganjuk, Jawa Timur ini.

Ia bercerita awalnya mengetahui kerajinan kulit pohon pisang ini karena sewaktu kecil ia sering diminta bantuan oleh tetangga yang membuat kain menjaga hasil produksi tersebut. Rasa ingin tahu yang tinggi membuatnya mencoba kerajinan rajutan benang di kemudian hari. Ia pun kemudian mengikuti kompetisi kerajinan berbahan alami. Terpilihlah kulit pohon pisang sebagai bahan dasar. Ia pun memenangkan perlombaan itu. Sejak prestasi itu dukungan kian menguat hingga UKM yang dirintisnya sudah berdiri selama 7 tahun dan berpenghasilan bersih Rp 4 juta/bulan.

"Waktu kecil tetangga saya yang bikin kain sering minta saya menunggui barang hasil rajutannya, jadi saya kepingin tahu. Kemudian (setelah transmigrasi ke Bengkulu) saya mulai dengan merajut tas dari benang dan manik-manik. Lalu ada lomba produk kerajinan berbahan alami. Maka saya ikut dengan tas rajutan kulit pohon pisang. Alhamdulillah menang. Sejak itu saya tambah semangat. Bahan kulit pohon pisang itu inspirasinya waktu saya lihat budhe saya yang ngikat buntelan tembakau menggunakan kulit pohon pisang. Jadi (saya) coba saja rajut jadi tas," ulas nenek 1 cucu ini yang juga memproduksi makanan jenis dodol Ganyong, sirup Kalamansi dan fermentasi minyak kelapa itu.