BENGKULU, PB - Tingginya jumlah korban bencana di Indonesia mendorong berbagai pihak untuk berperan dalam mengurangi resiko bencana, salah satunya melalui program Integrated Community Based Risk Reduction (ICBRR). Program ini ditujukan kepada masyarakat yang rentan terdampak bencana.
Baca juga: Bengkulu Zona Merah Bencana
Melalui kerjasama Palang Merah Indonesia (PMI) dan Japanese Red Cross Society (JRCS), program tersebut disampaikan dalam Start-Up Workshop Project ICBRR yang berlangsung di Balroom Krakatau Hotel Horizon Bengkulu, Selasa (12/4/2016).
Kamada PMI Provinsi Bengkulu, Joni Saputra mengatakan tingginya kerentanan masyarakat terdampak oleh gempa disebabkan antara lain infrastruktur bangunan perumahan yang tidak ramah terhadap gempa dan lemahnya kesadaran masyarakat terkait tingginya resiko bencana.
"Kita sadari juga belum maksimalnya peran organisasi pendukung untuk upaya pengurangan risiko dan melakukan respon kejadian gempa," ungkapnya.
Dalam kegiatan workshop ini berbagai program dilaksanakan, antara lain, Siaga bencana berbasis masyarakat (Sibat) di 9 desa/ kabupaten, Implementasi HVCA, Pengembangan rencana pengurangan resiko, Orientasi dan pelaksanaan baseline, Pelatihan icbrr dan CBHFA, Pemetaan, Mitigasi, Early Warning Sistem di masyarakat, Pembuatan database, RenKon dan standar operasional prosedur (SOP), Simulasi, Endline survey, dan Pemberdayaan ekonomi kreatif.
Penerima manfaat dari popgram tersebut adalah masyarakat di 9 Desa yang menjadi target wilayah tanggap darurat. Koordinator program, Rio Aria Nugraha mengatakan, lokasi penerima manfaat tersebut adalah Kabupaten Kaur, Seluma dan Kota Bengkulu.
"Program tersebut akan berjalan selama 4 tahun dari bulan April 2016 samapi dengan Maret 2020," terang Rio Aria.