BENGKULU, PB - Hancurnya budaya produktif atau kerja dalam masyarakat di perkotaan menjadi salah satu pemicu munculnya kelompok gelandangan dan pengemis. Karenanya perlu usaha bersama untuk merubah kembali cara pandang masyarakat agar kembali produktif, seperti yang dilakukan Komunitas 'Ketimbang Ngemis' Bengkulu.
Langkah komunitas tersebut mendapat apresiasi dari Anggota DPD RI Riri Damayanti John Latief . Sebab, menurutnya banyak pelajaran dari komunitas yang telah eksis selama satu tahun terakhir itu, misalnya menumbuhkan budaya untuk malu meminta-minta.
Riri menilai bila pengemis muncul dengan berbagai alasan. Ada yang memang kesulitan secara ekonomi. Namun tak jarang juga karena mereka malas bekerja. Karena itu pula, banyak pengemis yang akhirnya mendandani dirinya seolah-seoalh sangat susah.
"Saya pernah kesal (dengan pengemis), ada yang dalam keadaan cuaca hujan dan panas sembari membawa anak. Di Simpang Skip misalnya, saya kasih pengemis itu Rp 50 ribu karena dia gendong anak dan saya suruh dia pulang. Saya bukan kasihan dengan pengemisnya tapi sama anaknya," jelas Riri, saat menjadi narasumber dalam Seminar Nasional yang diadakan Komunitas 'Ketimbang Ngemis', di Hotel Santika, Sabtu (18/6/2016).
Di sisi lain, memberikan sedekah adalah anjuran dalam beragama. Inilah yang terkadang membuat orang akhirnya memilih untuk memberikan uangnya pada pengemis. Tak jarang, momen seperti Ramadhan ini dimanfaatkan oleh orang malas untuk mengemis.
"Pada bulan Ramadhan seperti ini jumlah pengemis di jalanan cenderung melonjak. Padahal jika ditelusuri, banyak juga pengemis yang ada di jalanan itu ternyata yang mampu secara keekonomian dan fisik untuk bekerja," ungkapnya.
Senator termuda ini pun memberi contoh, banyak berita ternyata yang menunjukkan jika orang yang mengemis di jalanan ternyata hidup secara berkecukupan. "Ada anak orang kaya mengemis untuk beli narkoba atau minuman keras. Di Kalimantan Timur, ada pengemis yang tertangkap memiliki sedan, punya ATM dan kartu kredit. Mudah-mudahan itu tidak ada di Bengkulu," urainya.
Dalam kondisi seperti sekarang, sarannya, infak dan sedekah lebih baik disalurkan ke lembaga-lembaga resmi agar bisa disalurkan kepada orang yang tepat. Untuk pengemis, ia mengusulkan agar dibina dan diberi pemahaman.
"Kami dorong agar bisa membentuk koperasi agar pengemis itu bisa dituntaskan hingga ke akar-akarnya. Kami mendorong kementerian sosial untuk melakukan upaya membangun panti sosial, misalnya dulu pengemis sekarang diajarkan untuk memiliki usaha sendiri," jelasnya memberi solusi.
Sebelumnya, Koordinator Ketimbang Ngemis Bengkulu Riesa Tirta mengatakan Komunitas Ketimbang Ngemis Bengkulu berdiri karena 3 alasan. Pertama, simpati terhadap orang-orang yang fisiknya lemah namun masih bisa bekerja untuk mencari sesuap nasi. "Tidak sepantasnya kita yang sehat fisik tapi malas-malasan," ujar dia.
Alasan Kedua, rasa penyelesalan. Menurutnya, menyesal sekali kalau dikaruniai otak yang sehat dan fisik yang kuat tapi tidak bisa melakukan apapun terhadap orang-orang disekitar kita. Karena itu, komunitas ini fokus ke sosok.
"Harapannya kita tidak selalu belanja di mall. Ketika kita promosikan mereka di media sosial, kita bisa belanja kepada mereka," ucapnya.
Ketiga, pengabdian. "Apa yang kita dapatkan kita sumbangkan untuk mereka. Mari saling tolong menolong dalam kebaikan," ajaknya. [IC]