Informasi: Kirimkan tulisan kegiatan Ramadhan anda dilengkapi foto kegiatan dan KTP. Kirim ke email: pedomanbengkulu@gmail.com. Semoga berkah Ramadhan Rp 200.000 bisa anda menangkan. Program Berita Ramadhan Berhadiah ini dipersembahkan oleh Anggota DPD RI, Riri Damayanti John Latief, S.Psi. Marhaban ya Ramadhan. Mari tingkatkan amal ibadah di bulan suci ini. Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan 1437 Hijriah
Nurjuni Eka Indriani*
JAUH dari kebisingan kota, di Desa Bangun Jiwa, Kecamatan Luas, Kaur, tradisi suluh atau suluah dalam dialeg Serawai, masih dilakoni masyarakat kampung. Suluah atau pelita yang terbuat dari tempurung kelapa ini hidup menjelang pertengahan bulan Ramadhan.
Bagi masyarakat kami, suluh lebih dari sekedar penerang kehidupan di tengah malam, ini merupakan tradisi agama untuk "menerangi budaya" masyarakat agar tetap bersuka cita menyambut bulan suci yang penuh berkah. Keluarga Rahin adalah salah satu yang ikut memeriahkannya.
Rohin, bersama istri, Junia dan anak-anaknya sore itu, Rabu (16/6/2016) sesudah berbuka puasa, berkumpul di teras rumahnya yang terbuat dari papan. Keluarga itu tampak ceria dan bahagia ketika suluah dinyalakan. "Ini sudah jadi tradisi desa dan keluarga kami disini kalau masuk pertengahan Ramadhan, ceriakan," seleorohnya.
Manfaatnya ini banyak sekali, sambugnnya, bagi anak-anak dimasa depan mereka memiliki semangat dan tradisi yang akan selalu dibawahnya untuk mengingat halaman kampungnya. Bagi kelarga akan lebih harmnis, juga masyarakat desa lebih solid.
"Bergembira dalam menyambut bulan suci ramadhan merupakan seruan nabi. Bagi warga disini tradisi suluah ini untuk menyambut malam seribu bulan, malam lailatul qadar, agar ibadah tetap terjaga ketika malam penuh berkah itu datang," ungkapnya.
Kemeriahan suluah mulai tampak di halaman-halaman rumah warga. Ribuan penduduk di desa itu mulai memasang suluah sehingga saat malam tiba cahaya suluah yang menerangi kampung. Suasana desa kami yang biasanya "mati" saat malam tiba kini sirna, banyak warga asik bercengkrama di halaman rumah.
"Dengan adanya pelita ini, warga kita yang pulang tarwih juga nyaman, tidak lagi gelap. Meski hanya desa tetapi kalau setiap rumah menyalakan pelita kehidupan seperti "hidup" 24 jam," terangnya Rohin yang sambil memangku anaknya yang masih kecil.
Seperti juga, Rohin, masyarakat desa berharap agar doa dan harapan sesudah bulan suci kehidupan pertanian di kampung mereka semakin baik. "Sekarang agak kemarau, semoga nanti sesudah bulan suci hujan banyak turun agar hasil pertanian di kampung melimpah," tutupnya.*
*Warga Desa Bangun Jiwa, Kecamatan Luas, Kaur.