BENGKULU, PB - Laut Bengkulu dinyatakan aman. Diantara Samudera Hindia, Selat Malaka dan Kepulauan Natuna, Selat Malaka dinilai paling berbahaya. Karenanya Pangkalan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (LANAL) mengkonsentrasikan kekuatannya di Selat Malaka.
"Tapi sekarang fokus kita lebih banyak ke Natuna karena terkait dengan permasalahan batas dan yang lain sebagainya. Menangkapi kapal-kapal ilegal ke Bintan. Juga ada perbedaan persepsi terkait dengan batas wilayah. Terkait dengan itu keamanan harus di berlakukan di sana," kata Laksamana Muda TNI A Taufiq R, Senin (13/6/2016).
Ia menjelaskan, laut Bengkulu relatif landai. Sehingga, pola operasi angkatan laut tidak menduduki namun mengendalikan. Ia memaparkan, unsur-unsur pengamanan lebih banyak dilakukan di utara bilamana dibandingkan dengan wilayah selatan.
"Perhatian khusus untuk wilayah laut Bengkulu dengan mengadakan patroli. Namun kalau kita bandingkan, kalau di laut Natuna perbandingannya 1 banding 5. Kondisi yang dijelaskan tadi untuk Bengkulu tidak terlalu signifikan, namun tetap dilakukan patroli," ungkapnya.
Ia membeberkan, bilamana warga melihat ada satu dua pesawat yang lewat, maka pesawat itu sengaja digerakkan dari Jakarta untuk melakukan patroli. Bila dalam patroli tersebut menemukan sebuah peristiwa, baru kapal perang di turunkan.
Menurut dia, bahan bakar untuk bergerak secara nasional terbatas. Dengan demikian, pergerakan tidak akan dilakukan tanpa informasi yang jelas dan pasti. Karenanya untuk menghindari pemborosan, armada pengintai diminta untuk selalu bergerak diawal.
"Kalau ke Bengkulu paling untuk melaksanakan bekal ulang. Pembinaan generasi muda agar mengerti kapal perang itu seperti apa. Melakukan pembelajaran belanegara dan sebagainya. Yang jelas untuk kerawanan di wilayah laut Bengkulu tidak terlalu menonjol, di bandingkan dengan daerah yang lain. Namun tetap ada, karena masyarakat memiliki karakter yang berbeda-beda," terang Taufiq.
Seperti contoh, tambahnya, peraturan pemerintah tentang penangkapan ikan, tidak boleh menggunakan trawl. Namun untuk wilayah Bengkulu penggunaan trawl tersebut masih diperkenankan. Ia pun setuju agar ada kebijaksanaan khusus karena hal tersebut menyangkut perut dan kebutuhan mendasar para nelayan.
"Kita koordinasikan dengan pusat sehingga di beri keleluasaan sampai akhir tahun ini. Untuk tahun berikutnya sudah tidak boleh, ini kita sosialisasikan kepada masyarakat," tutupnya. [Zefpron]