BENGKULU, PB - Tadi malam (3/6/2016), para pendeta yang tergabung di dalam Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Wilayah Bengkulu dan para aktifis Gereja melakukan silaturahmi tatap muka dengan Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan.
Baca juga : Hidup Sempurna dengan Amalan Agama
Silaturahmi ini berlangsung di Balai Kota dan diikuti oleh Kementerian Agama (Kemenag) Kota Bengkulu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bengkulu, Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Provinsi Bengkulu dan sejumlah tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Ketua PGI Wilayah Bengkulu, Pakat Sitinjak, mengatakan, pihaknya terkejut sekaligus bangga dengan adanya silaturahmi ini. Sekalipun, kata dia, selama ini Kota Bengkulu dikenal memiliki kehidupan beragama yang paling baik dan kondusif di Indonesia.
"Disini kami hadirkan seluruh perwakilan pemuka-pemuka agama Kristen serta seluruh perwakilan aktifis Gereja, baik dari kalangan pemuda, pengajar, hingga para sepuh. Kami berharap awal yang baik ini terus berlanjut di kemudian hari. Bahkan kami harapkan bisa lebih mesra lagi. Kami mendoakan segala hal yang baik untuk Bapak Wali Kota Helmi Hasan," katanya.
Selanjutnya, bertindak selaku perwakilan guru-guru agama Kristen, Moses Sinaga dan Eva Damayanti memberikan pemaparan tentang keadaan dan kondisi para guru-guru agama Kristen di Kota Bengkulu.
"Anak didik kita ada dua ribu anak, mulai dari Katolik, Protestan dan Karismatik. Ada 18 sekolah yang sudah tersertifikasi dan diakui namun selama ini berjalan secara swadaya. Tempat belajar kami kurang memadai dan buku pegangan kami cari sendiri-sendiri. Tapi jujur Bapak Wali Kota, kami serasa bermimpi bisa bertemu secara langsung dengan Bapak," sampai Eva.
Sementara Wali Kota Helmi Hasan dalam sambutannya mengungkapkan, Indonesia merupakan negeri yang berisikan warna-warni keyakinan. Menurut dia, warna-warni tersebut akan menjadi anugrah yang besar bilamana satu dengan yang lain dapat saling menyanyangi dan menghargai.
"Saya memahami kalau kota ini ibarat taman bunga, maka semakin banyak warna maka taman bunga itu akan tampak indah. Kita tidak boleh memaksakan satu sama lain. Kita harus saling bersinergi, karena pada hakikatnya, pemerintah tidak bisa berjalan sendirian," ujarnya.
Ia juga menyinggung mengenai Delapan Tekad Bengkuluku dimana Bengkuluku Religius menjadi salah satu komponen di dalamnya. Menurutnya, sebagaimana tekad-tekad yang lain, Bengkuluku Religius tidak akan pernah mencapai targetnya bila diupayakan sendiri oleh Pemerintah Kota.
"Misalnya sampah. Sekalipun armada angkutan sampah kita tambah, pasukan kuning pun kita perbanyak, tapi sampah-sampah di kota ini tidak bisa kita bersihkan sendirian karena terus meningkatnya volume sampah dan begitu luasnya kawasan kita. Namun kalau semua terlibat, tentu pekerjaan ini akan mudah," ucapnya.
Ia pun menyatakan keprihatinannya terhadap keluh-kesah yang disampaikan oleh perwakilan guru-guru agama Kristen. Kepada para guru tersebut, ia meminta agar data-data yang ada diserahkan kepada Sekretaris Daerah (Sesda) Kota Bengkulu, Marjon, agar bisa ditindaklanjuti.
"Saya sedih juga dengan ada keluhan guru tadi. Padahal kita butuh Bengkuluku Religius ini bergema. Saya ingin semua kompak. Saya minta semua didata dengan baik. Kita punya APBD. Harus ada keadilan atas penggunaan APBD ini. Nanti bersama kepala dinas terkait masalah-masalah tadi akan kita tindaklanjuti," ungkapnya.
Ia pun mengajak agar segenap komponen kaum beragama untuk bersama-sama mensukseskan Delapan Tekad Bengkuluku. Ia mengajak kepada segenap komponen kaum beragama tersebut untuk bersama-sama mengajak umat mereka untuk senantiasa mensyukuri anugrah Tuhan.
"Terimakasih atas kehadirannya di Balai Kota ini. Setelah ini kami juga akan mengajak perwakilan agama-agama yang lain untuk duduk bersama. Disini kami ingin tegaskan bahwa umat Kristen juga berhak untuk tinggal di Kota Bengkulu," demikian Helmi. [RN]